Bisnis.com, JAKARTA – Harga beras untuk kualitas medium dan premium terpantau mengalami kenaikan dalam dua bulan terakhir akibat beragam faktor seperti kondisi cuaca hingga harga gabah dan pupuk yang naik.
Berdasarkan laporan dalam Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga beras saat ini bila dibandingkan dengan dua bulan lalu mengalami kenaikan Rp200 untuk beras premium menjadi Rp12.700 per kg.
Adapun, harga beras medium naik Rp300 atau 2,88 persen dari Rp10.400 per kilogram menjadi Rp10.700 per kg.
Sementara itu, dari sisi ketersediaan stok indikatif beras di Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog terpantau berada di angka sekitar 861.966 ton (ketahanan 10,8 bulan). Angka tersebut jauh dari batas aman yang pemerintah tetapkan, yaitu 1 juta hingga 1,5 juta ton.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang bertugas menjadi penengah antara Kemendag dan Kementerian Pertanian menyampaikan perlu adanya penambahan stok untuk Perum Bulog dalam waktu dekat.
“Karena Perum Bulog itu harus di top up minimal kata Pak Ketua Komisi [IV DPR, Sudin] antara 1,2 -1,5 juta ton, itu minimal, baru aman,” ujar Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat mengunjungi Food Station Cipinang, Senin (3/10/2022).
Lebih lanjut Arief menyampaikan faktanya ketersediaan beras di masyarakat ada dan tidak langka. Namun, kembali lagi, adanya kenaikan harga BBM hingga pupuk menjadi faktor penyebab naiknya komoditas yang mendorong inflasi tersebut.
“Stok ini ketersediaan ada, bukan nggak ada, tapi ketersediaan ini ada di masyarakat, penggiling padi, warung-warung, tapi Bulog harus punya stok, hari ini kita gak ada yang kurang beras, tetapi harganya tinggi, karena ada faktor-faktor, ada variable cost,” jelasnya.
Bila menilai dari sisi aman atau tidaknya, Ketua Komisi IV DPR Sudin yang juga hadir bersama Arief menyampaikan saat ini stok beras oleh Perum Bulog belum dapat dikatakan aman, karena jauh dari ketetapan pemerintah.
“[Stok beras di Perum Bulog] nggak aman,” ujarnya.