Bisnis.com, YOGYAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) memastikan operasi penambangan mendatang di Tambang Grasberg Distrik Tembagapura, Mimika, Papua bakal tetap berpedoman pada prinsip keberlanjutan dan kemakmuran bagi masyarakat lokal.
Chairman of the Board and CEO Freeport McMoRan Richard C. Adkerson memastikan pihaknya akan tetap mengoptimalkan penambangan yang berkelanjutan untuk ikut menopang perekonomian lokal.
Misalkan, Richard mencontohkan, penerapan sistem pengelolaan tailing yang terkendali lewat aliran sungai belakangan efektif untuk melakukan rehabilitasi lahan dan reklamasi bekas tambang di wilayah kerja PTFI.
Richard mengatakan banyak pihak sempat mengkritisi manuver PTFI untuk mengadopsi sistem aliran sungai tersebut lantaran dianggap tidak efektif mengolah limbah pertambangan di Kawasan Tambang Grasberg tersebut. Kendati demikian, dia memastikan, sistem aliran sungai itu justru belakangan efektif untuk memberi nilai tambah pada lingkungan dan masyarakat lokal.
“Banyak yang mengkritisi sistem pengolahan tailing, sebenarnya ini antara menggunakan sistem aliran sungai atau tidak menambang sama sekali dan pertambangan memberi manfaat yang besar untuk masyarakat lokal,” kata Richard saat memberikan orasi ilmiah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa (4/10/2022).
Rencanannya, PTFI menargetkan 10.000 hektare mangrove di lahan baru hasil pengendapan tailing. Sementara 4.232 hektare ditargetkan dapat direhabilitasi di sepanjang daerah aliran sungai di Jayapura.
Baca Juga
“Saya mengajak untuk seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak defensif terkait dengan cara kami mengatasi dampak lingkungan di wilayah tambang ini,” kata dia.
Dengan demikian, dia memastikan, praktik penambangan berkelanjutan itu sudah terbukti memberikan nilai tambah ekonomi untuk masyarakat sekitar dari sektor kesehatan, pekerjaan hingga kesempatan-kesempatan lainnya di masa mendatang.
Malahan, PTFI telah mengalokasikan investasi sosial hingga 2041 sebesar US$100 juta atau setara dengan Rp1,52 triliun (kurs Rp15.202) sebagai komitmen keberlanjutan perseroan. Adapun, investasi sosial PTFI sepanjang 1992 hingga 2021 telah menembus di angka US$1,9 miliar atau setara dengan Rp28,88 trilun.
Di sisi lain, PTFI mengalokasikan investasi tambahan mencapai US$18,6 miliar atau setara dengan Rp283,76 triliun terkait dengan pengembangan tambang dan hilirisasi tembaga milik perseroan untuk periode 2021 hingga 2041 mendatang.
Investasi yang relatif besar itu dilakukan setelah perhitungan cadangan bijih milik perseroan diproyeksikan masih dapat ditambang hingga 2052 mendatang. Malahan, kapasitas sumber daya bijih potensial untuk dikembangkan berdasarkan perkiraan PTFI berada di kisaran 3 miliar ton.
Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengapresiasi komitmen PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk segera merampungkan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur yang belakangan diperkirakan kembali mundur ke 2024.
“Kita harus apresiasi kepada PT Freeport yang konsisten patuh terhadap undang-undang untuk membangun smelter di Gresik kalau dulu main-main sekarang sudah ga bisa lagi,” kata Bahlil saat memberikan orasi ilmiah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Selasa (4/10/2022).
Kendati terjadi perlambatan konstruksi, Bahlil menegaskan, pemerintah akan tetap menyetop ekspor tembaga setelah kebijakan dagang itu terbukti efektif mengerek nilai tambah pada komoditas nikel yang lebih dahulu mendapat larangan ekspor. Selain tembaga, dia mengatakan, pemerintah akan segera menghentikan ekspor untuk komoditas timah dan bauksit.
“Kita pingin kolaborasi yang baik dan kalau mereka tidak bangun [smelter] tidak diberikan lagi izin ekspor,” tuturnya.