Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menilai bahwa Bank Indonesia (BI) berpeluang menaikkan suku bunga acuan hingga 5 persen pada akhir tahun ini karena laju inflasi yang tinggi sepanjang tahun berjalan. Inflasi diperkirakan dapat menyentuh 6,27 persen pada akhir 2022.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai bahwa BI akan mempertimbangkan kebijakan moneter yang paling optimal untuk merespons tingkat inflasi.
"Kami melihat bahwa BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR menjadi 5,00 persen [dibandingkan dengan 3,50 persen pada 2021]," tulis Faisal dalam risetnya, Senin (3/10/2022).
Bank Mandiri memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 6,27 persen pada akhir 2022, meningkat pesat dari 1,87 persen pada 2021. Hingga September 2022, laju inflasi sudah mencapai 5,95 persen atau melewati target awal pemerintah yakni 3±1 persen.
Faisal menilai bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berkontribusi besar terhadap angka inflasi September 2022. Hal itu tercermin dari inflasi administered price atau harga yang diatur pemerintah naik menjadi 13,28 persen yoy.
Kenaikan harga BBM tidak hanya memberikan first round effect terhadap inflasi administered price, tetapi juga terdapat second round effect terhadap harga barang dan jasa lainnya. Hal tersebut membuat inflasi masih berpeluang naik hingga akhir tahun.
Baca Juga
"Kami terus memperkirakan inflasi akan tetap tinggi di sisa tahun 2022, naik di atas 6 persen secara tahunan. Hal ini terutama disebabkan oleh membaiknya permintaan [demand-pull inflation] di tengah pelonggaran PPKM," tulis Faisal.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa the Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga hingga ke level 4,5 persen atau lebih dari 100 bps hingga akhir tahun. Sejalan dengan itu, Josua memperkirakan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada rentang 75–100 bps, menjadi 5–5,25 persen.
"BI juga diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga level 5–5,25 persen dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang pada akhirnya mendukung kondisi pasar SBN agar tidak makin melemah,” katanya kepada Bisnis, Minggu (25/9/2022).