Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Ekonomi, Pengusaha Yakin Ritel Bisa Tumbuh 3 Persen pada 2022

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksi industri ritel masih bisa tumbuh di kisaran 3 persen tahun ini di tengah ketidakpastian ekonomi.
Warga memadati pusat perbelanjaan Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (24/4/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga memadati pusat perbelanjaan Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (24/4/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menargetkan pertumbuhan industri ritel sekitar 3-3,3 persen pada tahun ini seiring pemulihan ekonomi nasional. Meski angka tidak signifikan, tapi proyeksi kali ini lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Ketua Aprindo Roy N. Mandey mengatakan target tersebut didasarkan pada penanganan pemerintah yang lebih baik dalam menjaga harga kebutuhan pokok. Perbaikan tersebut, ujar Roy, mengarah pada keseimbangan harga baru di tengah gejolak inflasi.

“Tetapi ketika adanya ekstra effort dan upaya-upaya dari Kemendag dapat menjembatani dua hal yang menjadi pokok ultimate goal dan menuju kepada keseimbangan baru atau kestabilan harga,” ujar Roy saat dihubungi, Kamis (29/9/2022).

Roy mengatakan pihaknya optimis tetap bertumbuh meski ketidakpastian global terus menghampiri. Pasalnya, basis ekonomi Indonesia, ujar Roy, adalah konsumsi yang menjadi penyumbang 50 persen lebih Produk Domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Kita berharap bisa tumbuh sekitar 3-3,2 persen karena 56 persen dari konsumsi rumah tangga kan dan dari 56,4 persen ditransaksikan di ritel,” tuturnya.

Lebih lanjut, Roy merinci untuk supermarket, ia memperkirakan segmen ini akan tumbuh hingga 5-6 gerai sepanjang tahun ini. Padahal, supermarket tahun lalu hanya tumbuh sekitar 2-3 gerai.

“Untuk minimarket tahun lalu hanya berekspansi 600 minimarket per 1 perusahaan ritel, maka tahun ini diprediksikan bisa sampai 800-900 gerai. Lalu, untuk Hypermarket yang tahun lalu berekspansi sekitar 1-2 gerai, tahun ini bisa berekspansi sampai 4-5 gerai,” jelas Roy.

Dia pun berharap agar pemerintah terus menjaga kebijakan fiskal dan moneter. Kemudian bantalan untuk masyarakat marginal tetap dilanjutkan untuk mencegah tergerusnya daya beli. Di samping itu, lanjut Roy, harus ada program mitigasi dari pemerintah saat komoditas ekspor Indonesia terjadi windfall.

“Beberapa komoditi kita tahun awal tahun seperti batu bara, CPO bagaimana memitigasi yang windfall itu mensubsidi yang bergejolak yang memang lagi di luar kontrol, kaitan panen, musim yang memangnya tidak bisa maksimal hasilnya,” ungkap Roy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper