Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Melemah, APPBI Sebut Berkah bagi Pengelola Pusat Belanja

Depreasiasi rupiah terhadap dolar AS akan memicu orang-orang kaya untuk memilih belanja di dalam negeri dibandingkan harus ke luar negeri.
Warga mengunjungi salah satu pusat belanja di Jakarta Barat, Sabtu (30/10/2021)./Antara
Warga mengunjungi salah satu pusat belanja di Jakarta Barat, Sabtu (30/10/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa membawa berkah. Pasalnya, dengan depresiasi rupiah, maka kalangan menengah atas justru lebih tertarik untuk membelanjakan uangnya di dalam negeri.

Rupiah sendiri pada sesi perdagangan Rabu (28/9/2022) dibuka melemah yaitu menembus Rp15.200 per dollar AS.

Ketua APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan saat ini banyak negara sudah memperlonggar protokol kesehatan Covid-19 sehingga terbuka lebar masyarakat Indonesia untuk berbelanja dalam negeri.

“Tapi ketika nilai tukarnya tinggi, ibu-ibu akan berpikir kursnya tinggi jatuhnya mahal. Makanya batal di luar negeri, makanya belanja di dalam negeri saja,” ujar Alphonzus dalam diskusi virtual, Rabu (29/9/2022).

Meski demikian, dia mengungkapkan pelemahan kurs juga juga akan mempengaruhi biaya-biaya produksi khususnya bahan bahan yang harus impor, khsusunya tekstil seperti bahan dari cotton.

“Saya kira akan mempengaruhi produk sehingga menaikkan harga jual,” imbuhnya.

Alphonzus nembeberkan dengan pelemahan tersebut, maka yang harus diperkuat adalah sektor perdagangan dalam negeri. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia 57 persennya ditopang oleh konsumsi dalam negeri. “Kalau berhasil kita dorong terus perdagangan dalam negeri, kita yakin bisa mengurangi dampak kurs yang lemah,” kata Chief Executive Officer Retail and Hospitality NWP Property, itu.

Lebih lanjut, Alhponzus menyampaikan, pihaknya optimis industri ritel pada tahun ini akan tetap tumbuh 5-10 persen. Dia membeberkan bahwa tinkat kunjungan tahun 2022 tidak kurang dari 80 persen.

Sebab, di beberapa pusat belanja bahkan sudah banyak yang mencapai 100 persen tingkat kunjungannya. “Pada 2020 50 persen, 2021 naik 60 persen. Tahun ini tidak kurang 80 persen. Tingkat okupansi pada 2022 secara rata-rata menjadi 80 persen. Memang belum normal pada 2022 ini tapi ini jadi momentum baik. Harusnya pertumbuhan 30-40 persen pusat belanja [tahun 2022],” ungkap dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper