Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Situasi Krisis di Inggris: Harga Barang di Pertokoan Makin Meroket

Konsorsium Ritel Inggris mengungkapkan inflasi harga toko meningkat menjadi 5,7 persen bulan September,.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadiri KTT NATO di Madrid, Spanyol, pada Rabu (29/06/2022)./Antara-Reuters
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadiri KTT NATO di Madrid, Spanyol, pada Rabu (29/06/2022)./Antara-Reuters

Bisnis.com, Jakarta - Krisis ekonomi di Inggris masih berlanjut, harga di toko-toko Inggris seakan meroket ke rekor tertinggi pada pada bulan ini. Kenaikan harga ini tentu semakin memukul para konsumen yang sudah terseret-serem tagihan listrik dan sewa tempat tinggal.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (28/9/2022), Konsorsium Ritel Inggris mengungkapkan inflasi harga toko meningkat menjadi 5,7 persen bulan September, melampaui rekor kenaikan sebelumnya sebesar 5,1 persen pada bulan Agustus.

Hal ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak indeks dimulai pada tahun 2005, karena pengecer semakin membebankan biaya yang melonjak kepada konsumen.

"Peritel sedang berjuang melawan tekanan biaya besar dari pound yang lemah, kenaikan tagihan energi dan harga komoditas global, biaya transportasi yang tinggi, pasar tenaga kerja yang ketat dan beban kumulatif dari biaya yang dikenakan pemerintah," jelas CEO British Retail Consortium(BRC) Helen Dickinson.

Menurut data NielsenIQ dari BRC harga makanan naik paling tinggi dengan inflasi mencapai 10,6 persen September, dari 9,3% bulan sebelumnya.

DickinsonHal menjelaskan hal ini dipengaruhi oleh perang di Ukraina, peristiwa cuaca buruk, dan harga pakan ternak dan pupuk yang lebih tinggi terus menekan harga rak, terutama untuk barang-barang seperti margarin.

Meningkatnya krisis biaya hidup di Inggris juga dipengaruhi masyarakat setempat yang mengunjungi supermarket hanya untuk mengejar diskon agar harga belanjaan lebih murah.

Pembeli yang berburu makanan hingga produk kebutuhan rumah tangga juga menghadapi harga yang lebih tinggi dengan inflasi yang meningkat menjadi 3,3 persen pada bulan September, naik dari 2,9 persen pada bulan Agustus.

Selain itu, properti rumah seperti sofa dan furnitur taman, lebih terpukul oleh kenaikan biaya transportasi.

Lonjakan baru inflasi pada saat pound mendekam di rekor terendah akan semakin meredam sentimen konsumen. Data dari NielsenIQ menunjukkan bahwa 76 persen konsumen mengatakan mereka memperkirakan akan terpengaruh oleh krisis biaya hidup selama tiga bulan ke depan, naik dari 57 persen di musim panas.

"Jadi rumah tangga akan mencari tabungan untuk membantu mengelola keuangan pribadi mereka musim gugur ini dan kami berharap pembeli menjadi lebih berhati-hati dalam pengeluaran, menambah tekanan di sektor ritel," jelas Kepala peritel Mike Watkins.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper