Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Selisih Harga Kedelai Macet, Ini Kata Kemendag

Kopti DKI Jakarta mendesak agar Kemendag menyalurkan kembali selisih harga kedelai yang baru 10 persen dari 800.000 ton, senilai Rp800 miliar.
Suasana aktivitas rumah produksi Depo Tahu Sumedang, Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana aktivitas rumah produksi Depo Tahu Sumedang, Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perdagangan (Kemendag) buka suara mengenai desakan produsen tahu tempe yang meminta agar pemerintah kembali menyalurkan selisih harga kedelai yang sejak akhir Juli berhenti. Selisih harga kedelai baru disalurkan pada April, Juni dan pertengahan Juli sebanyak 10 persen atau 80.000 ton dari 800.000 ton atau senilai Rp800 miliar.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra mengakui bahwa penyaluran kembali selisih harga kedelai belum terserap semua. “Iya [10 persen]. Memang belum terserap semua,” ujar Syailendra saat dihubungi via telpon, Selasa (27/9/2022).

Dia membeberkan alasan belum disalurkannya anggaran selisih harga tersebut lantaran masih menunggu peraturan presiden (Perpres). “Tidak ada masalah sama sekali sih. Hanya, memang kita lagi menunggu cantolan hukumnya perpres agar penyaluran ini ada dasar hukumnya,” ujar Syailendra.

Dia menambahkan, Kemendag juga sedang terus berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) agar harga kedelai bisa stabil. Saat ini diketahui, Bapanas berencana menetapkan tarif impor komoditas bahan dasar tahu tempe tersebut.

Lebih lanjut, Syailendra mengungkapkan Kemendag pun terus berkomunikasi dengan asosiasi produsen tahu tempe. “Sebentar lagi nih saya akan rapat dengan Gapkoptindo [Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia]. Nanti siang saya up-date ya,” ucapnya.

Sebelummnya, Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) DKI Jakarta mendesak agar Kemendag segera menyalurkan kembali selisih harga kedelai yang baru 10 persen dari 800.000 ton atau senilai Rp800 miliar. Pasalnya, harga selisih tersebut akan digunakan untuk menutup modal produksi tahu tempe lantaran harga kedelai saat ini sudah Rp13.000 per kilogram.

Ketua Kopti DKI Sutaryo mengungkapkan pembayaran selisih harga kedelai tersebut termuat dalam nota kesepahaman antara Kopti dengan Kemendag. Hal itu, kata dia, merupakan buntut dari kenaikan harga kedelai yang tembus Rp11.250 per kg pada akhir tahun 2021. Kemudian, kata dia, pemerintah pada April menyepakati untuk mensubsidi perajin tahu tempe anggota Kopti se-Indonesia sebesar Rp1.000 per kg kedelai.

Lewat Bulog, harga kedelai kemudian ditetapkan harganya Rp10.250 per kg, lebih murah dibanding harga jual supplier di luar program.

“Pada awal Juli sebenarnya sudah ke Kemendag kita, tapi Mendag berseoloroh, ‘jangankan Rp1.000, Rp2.000 pun saya kasih untuk pengrajin,’ kata Mendag. Ternyata itu hanya ucapan, padahal Mendag yang baru tidak mengetok palu,” tutur Sutaryo, Senin (26/9/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper