Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengrajin Tahu Tempe Protes, Kemendag Belum Salurkan Selisih Harga Kedelai

Kopti Jakarta menyebut dari 800.000 ton kedelai atau setara Rp800 miliar yang harus dibayar, Kemendag baru membayar 10 persennya.
Suasana aktivitas rumah produksi Depo Tahu Sumedang, Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana aktivitas rumah produksi Depo Tahu Sumedang, Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Pengurus Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta berharap Kementerian Perdagangan segera membayarkan selisih harga kedelai yang saat ini terhenti penyalurannya.

Kopti menyebut dari 800.000 ton kedelai atau setara Rp800 miliar yang disepakati untuk disalurkan, hanya 10 persen atau 80.000 ton baru direalisasikan sehingga sisanya sekitar 720.000 ton kedelai.

Ketua Kopti DKI Jakarta Suyarto menuturkan berdasarkan nota kesepahaman (MoU) antara Kopti dan Kemendag, disepakati pengrajin tahu tempe akan diberikan selisih Rp1.000 per kg. Menurutnya, pelaksanaan penggantian selisih harga kedelai itu hanya berlangsung lancar pada April, Mei, dan Juni. Akan tetapi, sejak Mendag Zulkifli Hasan menjabat sebagai menteri perdagangan, pembayaran menjadi macet.

“Pagu yang diketok oleh Kemendag itu adalah 800.000 ton setara dengan Rp800 miliar untuk seluruh Indonesia. Tapi pada praktiknya baru dilaksanakan sekitar 10 persen, yaitu Rp80 miliar,” ujar Sutaryo kepada awak media di Gudang Kedelai di Kalideres, Jakarta Barat, Senin (26/9/2022).

Sutaryo mengungkapkan penyalur kedelai sendiri adalah Perum Bulog dan anggarannya ada di Kemendag. Tersendatnya penyaluran tersebut, kata dia, dikeluhkan oleh pengrajin tahu tempe di seluruh Indonesia, tidak hanya Jakarta.

“Jadi kami meminta anggaranya yang sudah diketok palu, yang disetujui presiden. Jadi anggarannya kalau belum dianggarkan ya mungkin kita sulit, tapi ini sudah dianggarkan sebelum April 2022,” ungkapnya.

Ia membeberkan, nota kesepahaman penggantian selisih harga kedelai tersebut merupakan buntut dari kenaikan harga kedelai yang tembus Rp11.250 per kg pada akhir tahun 2021. Lewat Bulog, harga kedelai kemudian ditetapkan harganya Rp10.250 per kg, lebih murah dibanding harga jual supplier di luar program.

“Pada 2019 harga kedelai hanya Rp7.000 per kg, kemudian pada 2020 naik jadi Rp10.000 per kg. Kita pengrajin teriak-teriak kalau harga kedelai sampai di atas Rp10.000, maka kekuatan pasar lemah. Ini kok pemerintah diem-diem saja,” ujar Sutaryo.

Hingga berita ini ditulis, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra dan Sekjen Kemendag Suhanto belum membalas pesan singkat Bisnis terkait keluhan Kopti tersebut.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan masyarakat tak perlu khawatir dengan adanya kenaikan harga bahan pokok seperti kedelai, beras dan jagung, mengingat pemerintah akan memberi subsidi terhadap selisih harga jualnya.

"Ada anggarannya, kedelai itu Rp1.000 per kg, jagung juga Rp1.000-Rp1.500 per kg. Misalnya harga beras dari Bulog sekian, lebih, bisa dibantu subsidi, nggak usah khawatir sebetulnya, karena dibiayai pemerintah. Masyarakat tidak akan membayar lebih mahal,” katanya dalam acara Kinerja 100 Hari Kerja Menteri Perdagangan di Jakarta, Minggu (26/9/2022).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper