Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badan Pangan Sebut Pemerintah Bakal Tetapkan Tarif Impor Kedelai

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 2021 Indonesia melakukan impor kedelai sebanyak 2.489.690 ton
Suasana aktivitas rumah produksi Depo Tahu Sumedang, Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana aktivitas rumah produksi Depo Tahu Sumedang, Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) menyebutkan rencana pemerintah dalam menetapkan tarif impor untuk komoditas bahan baku untuk tempe dan tahu, yaitu kedelai.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkapkan perlunya pemberlakukan kebijakan tarif impor kedelai dalam upaya meningkatkan daya saing kedelai lokal dalam negeri yang digadang-gadang sekitar Rp10.000 per kilogram (kg).

“Harga acuan kedelai sekitar Rp10.000/kg, harga di CBOT Rp7.700 per kg saat ini, [terkait disparitas harga] salah satunya akan dipelajari pengenaan tarif impor,” ungkapnya, Selasa (20/9/2022).

Lebih lanjut Arief menyampaikan penerapan tarif impor kedelai tersebut akan segera dibahas bersama para pemangku kepentingan agar tidak mengganggu importasi melalui B2B.

Sebelumnya pada rapat terbatas (ratas) Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama beberapa menteri meminta jajarannya untuk mendorong produktivitas kedelai dalam negeri, salah satunya dengan menetapkan harga acuan dan menambah area tanam.

Sebagaimana diketahui, untuk komoditas kedelai masih mengandalkan impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 2021 Indonesia melakukan impor kedelai sebanyak 2.489.690 ton, sedangkan Kementerian Perdagangan mencatat kebutuhan per bulannya yaitu 200.000 ton.

Sementara Kementerian Perdagangan mencatat harga eceran nasional untuk kedelai saat ini berada di level Rp14.300/kg, di mana harga kedelai internasional saat ini di angka Rp8.110/kg dengan paritas impor Rp11.617/kg.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan rendahnya volume produksi kedelai per hektare disinyalir memicu para petani beralih ke jagung. Hal ini berdampak pada tingginya impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional, bahkan hingga mencapai di atas 90 persen.

“Kenapa kedelai selama ini kita tinggalkan dan melakukan importasi yang sangat besar, lebih dari 90 persen, padahal kita makan tempe tahu, itu karena selama ini petani lebih tertarik menanam jagung,” Syahrul dalam konferensi pers usai melakukan rapat internal terbatas yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (19/9/2022).

Sebagai gambaran, dalam ukuran satu hektare (ha), petani dapat memanen 6-7 juta ton jagung, sedangkan bila menanam kedelai hanya menghasilkan 1,5-2 juta ton.

Pihaknya pun sedang mempersiapkan sekitar 351.000 hektare (ha) area tanam kedelai, sedangkan saat ini seluas 67.000 ha sudah mulai melakukan penanaman. Area lainnya akan dilakukan penanaman mulai Oktober mendatang.

Pada ratas tersebut juga Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan anggaran sekitar Rp400 miliar untuk pengembangan area tanam kedelai.

“Langkah berikut yang sudah disiapkan oleh anggaran pemerintah itu untuk perluasan ke 300.000 hektare, anggarannya sekitar Rp400 miliar. Dan tahun depan akan ditingkatkan dari 300.000 menjadi 600.000 hektare,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (19/9/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper