Bisnis.com, JAKARTA - Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) DKI Jakarta mendesak pemerintah untuk membayarkan selisih harga kedelai yang saat ini baru disalurkan sekitar 10 persen atau 80.000 ton kedelai dari 800.000 ton yang disepakati dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU).
Apabila dalam 2 minggu pembayaran selisih harga kedelai tidak direalisasikan, Kopti mengancam akan berunjuk rasa di depan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Ketua Kopti Sutaryo mengatakan dalam kesepakatannya dengan Kemendag, kedelai yang bakal disalurkan sebesar 800.000 ton atau setara Rp800 miliar. Namun, pada akhir Juli penyaluran selisih harga berhenti.
Dia menuturkan, selisih harga tersebut buntut dari kenaikan harga kedelai pada akhir tahun 2021 yang tembus Rp11.250 per kilogram. Dia menyebut, pada April lalu, pemerintah telah sepakat untuk mensubsidi perajin tahu tempe anggota Kopti se-Indonesia sebesar Rp1.000 per kg kedelai.
“Anggarannya di Kemendag, sedangkan realisasinya di Bulog dan didistribusikan ke Kopti dan sudah habis Rp80 miliar. Nah, ini kesulitannya di apa pemerintah itu, padahal itu yang menyetujui presiden, menteri keuangan dan seterusnya. Kok bisa dihentikan begitu saja,” ujar Sutaryo saat ditemui di Jakarta Barat, Senin (27/9/2022).
Sutaryo mengaku sudah berupaya untuk berkomunikasi dengan Kemendag, dalam hal ini Mendag Zulkifli Hasan pada Juli 2022. Namun, hingga kini selisih harga tersebut masih belum disalurkan kepada perajin.
“Pada awal Juli sebenarnya sudah ke Kemendag, tapi Mendag berseoloroh 'jangankan Rp1.000, Rp2.000 pun saya kasih untuk pengrajin,'. Ternyata itu hanya ucapan, padahal Mendag yang baru tidak mengetok palu,” ujarnya.
Menurut Sutaryo, jika selisih harga tersebut tidak kunjung disalurkan, dalam 2 minggu pihaknya akan melakukan unjuk rasa di depan Kemendag. Sebab, saat ini pengrajin tahu tempe semakin terjepit akibat kenaikan harga kedelai yang kini mencapai Rp13.000 per kg.
“Kita akan melakukan demo jika ini tidak direalisasikan. Makanya kita ajak komunikasi dulu, baru demo adalah langkah terakhir. Kita tunggu tanggapan pemerintah seperti apa. Jika diam-diam saja, dalam 2 minggu pun sudah bisa kita lakukan [demonstasi],” ungkapnya.
Selain demonstrasi, Sutaryo mengungkapkan perajin tahu tempe terpaksa menaikkan harga sebesar 20-30 persen. Pasalnya, dengan adanya kenaikan harga BBM, para perajin tidak mungkin menahan lagi beban produksi karena ongkos truk pengangkut kedelai sudah naik sampai 20 persen.
“Tahu tempe akan kami naikkan, tidak mungkin pengrajin berhenti berjualan. Karena pekerjaannya hanya itu. Cuma yang sulit juga sekarang dinaikkan tahu tempe, besok kedelai udah naik lagi,” tuturnya.
Hingga berita ini ditulis, Kemendag belum merespons pertanyaan Bisnis.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan masyarakat tak perlu khawatir dengan adanya kenaikan harga bahan pokok seperti kedelai, beras dan jagung, mengingat pemerintah akan memberi subsidi terhadap selisih harga jualnya.
"Ada anggarannya, kedelai itu Rp1.000 per kg, jagung juga Rp1.000-Rp1.500 per kg. Misalnya harga beras dari Bulog sekian lebih, bisa dibantu subsidi, nggak usah khawatir sebetulnya, karena dibiayai pemerintah. Masyarakat tidak akan membayar lebih mahal,” kata Mendag Zulhas dalam acara Kinerja 100 Hari Kerja Menteri Perdagangan di Jakarta, Minggu (26/9/2022).