Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia atau World Bank membawa kabar buruk terkait situasi ekonomi global pada 2023. Apa saja 'hantu' ekonomi yang diprediksi akan meneror dunia, khususnya negara berkembang, pada tahun depan?
Berdasarkan studi Bank Dunia, terdapat risiko terjadinya resesi global dan krisis keuangan negara berkembang pada 2023. Hal tersebut terjadi kibat serentaknya langkah bank sentral di seluruh dunia dalam menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi.
Seperti diketahui, bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga acuannya sepanjang 2022. Terdapat sinkronisitas kebijakan moneter antarnegara—sesuatu yang tidak terlihat dalam lima dekade terakhir—yang kemungkinan masih akan berlanjut hingga tahun depan.
Presiden Grup Bank Dunia David Malpass menilai bahwa kebijakan yang sinkron di banyak negara justru dapat memperparah dan memperketat kondisi keuangan, bahkan mempertajam perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Pembuat kebijakan di negara-negara berkembang pun harus mampu mengelola risiko dari pengetatan moneter yang saling terhubung secara global.
"Kenaikan suku bunga dan berbagai kebijakan yang ada tidak cukup untuk membawa inflasi global ke tingkat sebelum pandemi Covid-19," ujar David Malpass seperti dikutip dalam keterangan resmi, Senin (19/9/2022).
Dia menilai bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga hingga 2 poin persentase untuk menekan inflasi global.
Menurutnya, pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi.
"Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," ujar David Malpass dalam keterangan resmi, dikutip pada Senin (19/9/2022).
Untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah, dia meminta para pemangku kebijakan harus menjaga stabilitas mata uang dan mendorong pertumubuhan lebih cepat. Arah kebijakan suatu negara harus mengalihkan fokusnya dari mengendalikan konsumsi menjadi meningkatkan produksi.
Sementara itu, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi Berkeadilan Ayhan Kose menilai bahwa kebijakan yang ada sepanjang tahun ini dapat membantu mengurangi inflasi dalam jangka pendek.
Meskipun begitu, dia mengingatkan perlu usaha lebih untuk menekan inflasi ke tingkat sebelum pandemi Covid-19.
"Pengetatan kebijakan moneter dan fiskal baru-baru ini kemungkinan akan terbukti membantu dalam mengurangi inflasi," ujar Kose.