Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha di industri kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Tanah Air bakal menunda investasi baru menyusul turunnya harga CPO dalam dua pekan terakhir.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Eddy Martono mengatakan langkah tersebut diambil seiring dengan upaya penghematan sebagai respons terhadap turunnya harga CPO.
"Dengan penurunan harga, maka perusahaan akan melakukan penghematan, juga menunda pengeluaran untuk investasi baru," kata Eddy kepada Bisnis, Minggu (18/8/2022).
Dia menjelaskan penurunan harga yang saat ini terjadi disebabkan oleh kenaikan stok minyak sawit dunia, terutama di Indonesia dan Malaysia, serta lesunya ekonomi global yang terus berlangsung.
Kendati demikian, penurunan harga CPO disebut tidak berpengaruh terhadap biaya produksi di hulu industri.
Diberitakan Bisnis sebelumnya, CPO SBO Rotterdam ex-mill sepanjang September 2022 terkoreksi 0,6 persen dalam kurun 2 pekan.
Baca Juga
Mengacu kepada Council of Palm Oil Production Countries (CPOPC), pada 1 September 2022 harga CPO bertengger di harga US$1.645,73/metrik ton.
Sementara pada 13 September 2022 harga turun menuju US$1.635,82/metrik ton. Harga CPO sempat turun jauh pada pekan awal September 2022 ke angka US$1.465,73/MT.
Pada periode yang sama, penurunan juga terjadi pada harga CPO FOB Malaysia dari US$1.039 per MT menjadi US$965 per MT. Sementara untuk CPO FOB Indonesia terpantau turun dari level US$844,23 ke US$830,74/MT.
Secara keseluruhan, harga CPO global terus mengalami penurunan, baik di FOB Indonesia, Malaysia, maupun di Rotterdam ex-mill. Sementara untuk harga tender CPO di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara atau KPBN dalam 2 minggu terakhir menunjukkan stabil di harga Rp11.078 per kilogram.