Bisnis.com, BANTEN - Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) mengeklaim program pembinaan petani jahe di Lebak, Banten telah meningkatkan produksi panen jahe merah para petani.
Koordinator Project Yayasan Dharma Bhakti Astra di Lebak Dani Kurnia mengatakan saat ia pertama datang ke Lebak omzet para petani hanya mencapai Rp78.560 per tahunnya. Kondisi ini lantas berubah 180 derajat dengan omzet di tahun 2022 sudah mencapai hingga Rp330,24 juta.
“Sebelum kita masuk dan sesudah kita masuk pertumbuhan omzetnya itu di 320 persen itu untuk omzet,” ujar Dani Jumat (16/9/2022).
Kemudian untuk serapan pasar terjadi peningkatan hingga 649 persen. Pada 2020 sebelum dibina oleh YDBA, para petani hanya mampu menyerap 4,45 ton panen. Sementara untuk saat ini para petani mampu mengirim hingga 33,42 ton angka tercatat dan ada kemungkinan lebih.
Lebih lanjut, Dani mengatakan proyek Lebak ini juga memberi efek anggota keluarga terdampak. Ketika suatu ekonomi Usaha Kecil Menengah (UKM) meningkat terdapat pula anggota keluarga yang terdampak.
Sebanyak 34,95 persen anggota keluarga terdampak dari proyek ini. Kemudian untuk serapan tenaga kerja mencapai 81,2 persen dan produktivitas mencapai 60,87 persen.
Baca Juga
“Ibaratnya [dulu[ hanya bertani cukup untuk keluarga sekarang merangkul saudaranya merangkul ibarat orangtuanya. Serapan tenaga kerja juga lumayan cukup tinggi karena luasnya semakin bertambah otomatis perlu tenaga kerja,” ujar Dani.
Dani menjelaskan standar panen untuk pulau Jawa adalah 12 ton per hektar sedangkan sebelum dibina oleh YDBA para petani baduy baru memproduksi 8 ton per hektar.
Hal ini lantaran para petani melakukan panen yang dinilai terlalu dini. Panen jahe yang idealnya dilakukan 10 sampai 12 bulan justru dilakukan pada umur 8 bulan yang membuat bobot jahe masih kurang berat.
“Kenapa Bintang toedjoe menstandarkan 10 sampai 12 bulan itu supaya patinya atau seratnya itu bobotnya jadi bertambah berat. Nah makanya kita tahun 2022 produktivitas kita di 12,87 ton per hektar seperti itu,” ujar Dani.