Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Kalah dari Vietnam, Ekspor Sepatu Tahun Ini Tumbuh 28 Persen

Meski kalah dari Vietnam, kinerja ekspor sepatu tercatat masih tumbuh 28,9 persen sepanjang 2022.
Seorang pekerja menunjukkan sepatu Aerostreet. /Bisnis-Nicholas Sampurna
Seorang pekerja menunjukkan sepatu Aerostreet. /Bisnis-Nicholas Sampurna

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) melaporkan Indonesia sebagai eksportir alas kaki masih berada di posisi keenam, empat peringkat di bawah Vietnam. Kendati demikian, kinerja ekspor tercatat tumbuh 28,9 persen sepanjang 2022.

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie mengungkapkan kinerja ekspor terus tumbuh, meski pada Juli 2022 mulai mengalami perlambatan akibat dampak dari kondisi geopolitik global.

“Memasuki Juli 2022 ekspor mulai mengalami perlambatan akibat dampak perang. Secara akumulatif ekspor Januari-Juli 2022 masih tumbuh 28,9 persen dari tahun lalu,” jelasnya, Rabu (14/9/2022).

Adapun data Aprisindo mencatat eksportir alas kaki nomor satu diduduki China dengan nilai ekspor mencapai US$46.053.600 diikuti Vietnam senilai US$25.246.320, sementara Indonesia di posisi keenam dengan nilai US$6,165.241.

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, Amerika Serikat kembali menjadi tujuan utama ekspor sepatu olahraga dengan volume 74.200 ton senilai US$1.6 miliar.

Sebagai informasi, pada Selasa, 13 September 2022, PT Pratama Abadi Industri selaku pabrik rekanan merek sepatu olahraga Nike melakukan ekspor ke Belanda sebanyak 6.700 pasang dengan nilai US$211.518.

Untuk itu, Kementerian Perdagangan terus mendorong ekspor produk alas kaki dengan berusaha membuka pasar khususnya Eropa melalui Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

Firman melihat bila perjanjian tersebut berhasil diratifikasi, setidaknya akan mendongkrak 20 persen penjualan untuk ekspor.

“Ke EU kalau kajian kami dapat naik 20 persen lebih,” lanjutnya.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan tengah mengusahakan perjanjian tersebut rampung agar semakin membuka pasar produk Indonesia di Uni Eropa, namun masih terkendala isu open bidding.

“Ada poin yang belum selesai, sedikit lagi, antara lain agar government [procurement] kami melakukan open bidding atau terbuka itu masih sulit, tetapi mudah-mudahan di masa saya dapat selesai,” ujarnya kepada awak media, Selasa (13/9/2022).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper