Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blak-blakan Wamenkeu, Harga Pertalite Seharusnya Udah Naik Sejak Awal 2022

Lantas, mengapa pemerintah baru menaikkan harga Pertalite dan Solar pada awal September 2022?
Wamenkeu Suahasil Nazara dalam Kuliah Umum Pengantar Ekonomi 1 FEB Universitas Indonesia dengan topik “Alokasi Subsidi dan Kompensasi untuk Kesejahteraan Masyarakat” pada Senin (12/9/2022)/Youtube FEB UI
Wamenkeu Suahasil Nazara dalam Kuliah Umum Pengantar Ekonomi 1 FEB Universitas Indonesia dengan topik “Alokasi Subsidi dan Kompensasi untuk Kesejahteraan Masyarakat” pada Senin (12/9/2022)/Youtube FEB UI

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah  memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar pada 3 September 2022. 

Meski demikian, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara harga BBM di Indonesia harusnya sudah dinaikkan sejak awal 2022 sejalan dengan harga minyak dunia yang melonjak naik pada pertengahan 2021. Lantas, mengapa pemerintah baru menaikkan harga BBM pada awal September 2022?

Suahasil menuturkan cara pemerintah Indonesia dalam mengatur energi berbeda dengan negara-negara lain. Beberapa komoditas yang sangat dasar (basic) harganya diatur pemerintah sementara untuk beberapa komoditas yang lebih advance, harganya diserahkan kepada pasar.

“Ini saya bilang bahwa kalau di-pass through secara langsung, harusnya harga pertalite kiat itu udah naik dari awal 2022. Kalau kita pass through dengan benar, solar itu harusnya udah naik dari sejak awal 2022, sejak pemulihan terjadi di akhir 2021,” kata Suahasil dalam Kuliah Umum Pengantar Ekonomi 1 FEB Universitas Indonesia dengan topik “Alokasi Subsidi dan Kompensasi untuk Kesejahteraan Masyarakat” pada Senin (12/9/2022).

Berdasarkan data yang dipaparkan Suahasil, harga Brent pada pertengahan 2021 sudah melonjak naik, dan pada Februari 2022 mencapai US$100-US$125 per barel. Kendati demikian, pemerintah memutuskan untuk tidak dibebankan ke masyarakat. 

Dia menuturkan, harga Pertalite sebelum mengalami penyesuaian pada 3 September lalu masih di Rp7.650 per liter, dimana harga keekonomiannya Rp13.150 per liter. Itu artinya, ada gap sebesar Rp5.500 per liter. 

Kemudian, harga Solar masih di Rp5.150 per liter sementara harga keekonomian Rp14.750 per liter. Artinya ada gap sebesar Rp9.600 per liter atau 65 persen dari harga keekonomian. Demikian halnya dengan harga Pertamax (RON 92) dimana harga jual eceran sebesar Rp12.500 per liter atau 19 persen dari harga keekonomian.

Suahasil menyampaikan alasan pemerintah memutuskan tidak menaikkan harga BBM pada awal 2022 lantaran pemerintah ingin berfokus pada pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

“Kalau emang udah naik dari 2022, kenapa nggak dinaikin dari awal 2022, Pak? Jawabannya pemerintah ingin pemulihan ekonomi bisa bekerja semaksimal mungkin sampai dengan pilihan terakhir baru menaikkan harga BBM,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper