Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alfamart Minta Data Perubahan Harga, BBM Naik Belanja Makin Mahal?

Alfamart meminta data perubahan harga produk kepada produsen seiring dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
Logo Alfamart.
Logo Alfamart.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pengelola jaringan ritel Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), masih meminta data perubahan harga produk kepada produsen seiring dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).

Corporate Affairs Director Alfamart Solihin mengatakan data tersebut secara garis besar terkait dengan tanggal kenaikan harga produk, persentase kenaikan, dan beberapa penyesuaian lainnya.

"Alfamart lagi minta data ke produsen. Produsen bisa jadi sedang wait and see juga karena masih harus melihat peluang bisnis dengan kompetitor [dalam menaikkan harga]," kata Solihin, Senin (12/9/2022).

Dia menjelaskan, biasanya, terdapat 2 kemungkinan dalam hal penyesuaian harga oleh produsen yang memasok produk-produknya ke perusahaan ritel seperti Alfamart.

Pertama, sebagai contoh, produsen menaikkan harga produknya di Alfamart pada 15 Oktober 2022, tetapi masih menjual barang kepada peritel dengan harga lama untuk pembelian terakhir. Dengan catatan, jumlah pembelian tidak melebihi batas rerata yang ditentukan.

Kedua, terdapat juga kemungkinan produsen memberitahukan peritel bahwa kenaikan harga bakal dilakukan, tetapi sudah menjual produk-produknya dengan nilai yang sudah disesuaikan.

Sebagai informasi, sebelumnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga sudah menanyakan perihal penyesuaian harga produk kepada Alfamart terkait dengan kenaikan harga BBM.

Adapun, Alfamart saat ini memiliki lebih dari 300 unit produsen yang memasok produk-produk kepada emiten berkode saham AMRT tersebut.

Lebih jauh, Solihin menjelaskan asosiasi produsen produk makanan dan minuman (mamin) seperti Gabungan Pengusaha Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memiliki sejumlah pertimbangan dalam menyesuaikan harga produk.

"Gapmmi sebagai gabungan produsen memperhitungkan komponen yang berdampak terhadap harga jual terhadap peritel, seperti transportasi dan produksi yang menggunakan bahan bakar," jelasnya.

Sebelumnya Ketua Umum GAPMMI Adhi Lukman mengatakan ongkos produksi produk mamin berpotensi naik di kisaran 1-2 persen akibat kenaikan harga BBM.

Sebagaimana diketahui, harga bahan bakar solar sendiri mengalami kenaikan sekitar 24 persen dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter sejak pemerintah menaikkan harga pada akhir pekan lalu.

Adhi juga menjelaskan ongkos logistik di industri mamin saat ini memiliki kontribusi rata-rata sekitar 6 persen terhadap keseluruhan biaya produksi.

Di industri tersebut, sambungnya, BBM berkontribusi terhadap sekitar 50 persen dari keseluruhan ongkos logistik. Sisanya, dikeluarkan untuk biaya supir tol dan lain-lain.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper