Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Global Melambat, Ini Dampaknya ke Pasar Properti Indonesia

Pengembang lokal diminta berhati-hati dengan melambatnya ekonomi global yang akan menghambat pasar properti Indonesia.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA- Efek dari pandemi Covid-19 hingga konflik Ukraina dan Rusia masih menghambat pemulihan ekonomi global. Tekanan dari dua kondisi tersebut tentu juga terasa di pasar properti nasional.

Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia Steve Atherton menerangkan dampak kondisi tersebut daapt terlihat pada meningkatkan suku bunga BI yang kini menjadi 3,75 persen.

Selain itu, inflasi di Indonesia kini menyentuh angka 4,94 persen. Hal ini berimbas pada kenaikan harga bahan bangunan yang kenaikannya mencapai 20-30 persen.

Namun, Steve melihat Indonesia masih diuntungkan dengan masifnya pasar tambang dan komoditas yang baik. Dengan demikian, aktivtias ekspor masih bertahan dan mampu menopang perekonomian nasional.

"Diharapkan ekonomi Indonesia dapat berada dalam posisi yang relatif kuat untuk menghadapi resesi global yang tertunda, karena ekonomi konsumen domestik kita yang kuat dan sektor pertambangan dan komoditas yang sehat," kata Steve, Rabu (7/9/2022).

Untuk diketahui, di Amerika Serikat kenaikan suku bunga begitu cepat sehingga langsung berdampak ke pasar global. Di saat yang sama, Federal Reserve dan Bank Sentral juga tengah melawan inflasi.

Kenaikan yang masif juga dengan potensi kenaikan Dollar, kondisi ini mau tidak mau menekan BI untuk ikut meningkatkan suku bunga.

"Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhi biaya pendanaan bagi pengembang, investor, dan konsumen end-user di Indonesia," ujarnya.

Meski masih di bawah 5 persen, inflasi di Indonesia membuat pengembang properti masih berusaha untuk menahan kenaikan harga demi mempertahankan penjualan dan penyerapan produk.

Pada titik tertentu, pengembang tak bisa berkutik ketika biaya konstruksi jauh lebih tinggi sehingga harus meningkatkan harga jual untuk konsumen. Dengan kenaikan harga dan suku bunga BI saat ini, pasar properti lokal terancam tak bergairah.

Di luar kendala tersebut, Steve tetap melihat prospek cerah di beberapa subsektor properti seperti rumah tapak, township, logistik, dan data center. Jenis aset ini dinilai dapat memberikan margin keuntungan selama 12-18 bulan yang dapat memenuhi target minimum pengembang.

"Pemilik tanah dan pengembang lokal yang memiliki land bank pada kelompok aset tersebut akan berada dalam posisi terbaik untuk menarik investasi baru baik asing maupun lokal," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper