Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS Ungkap Nilai Impor BBM Indonesia dari Singapura dan Malaysia Semester I/2022

BPS melaporkan nilai impor BBM Indonesia dari Singapura dan Malaysia mencapai masing-masing US$6,37 miliar dan US$3,41 miliar per semester 1/2022.
BPS Ungkap Nilai Impor BBM Indonesia dari Singapura dan Malaysia Semester I/2022/Istimewa
BPS Ungkap Nilai Impor BBM Indonesia dari Singapura dan Malaysia Semester I/2022/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia dari Singapura dan Malaysia mencapai masing-masing US$6,37 miliar dan US$3,41 miliar sepanjang Januari hingga Juli 2022.

Secara keseluruhan nilai impor BBM dari dua negara tetangga itu menyentuh Rp145,47 triliun, kurs Rp14.875. Angka ini menjadi catatan impor hasil minyak tertinggi dari keseluruhan pembelian selama satu semester terakhir yang mencapai US$14,3 miliar.

Direktur Statistik Distribusi BPS Efliza mengatakan bahwa tingginya impor hasil pengolahan minyak mentah itu dari negara tetangga lantaran permintaan domestik yang belum mampu dipenuhi oleh kegiatan pengilangan dalam negeri.

"Penyebabnya bisa karena produk minyak mentah Indonesia belum mencukupi atau minyak mentah mencukupi tetapi belum bisa mengolahnya menjadi hasil minyak di dalam negeri," kata Efliza saat dihubungi Bisnis, Selasa (6/9/2022).

Secara volume, impor dari dua negara itu masing-masing sebesar 6,26 juta ton dan 3,37 juta ton. Torehan itu mencakup lebih dari setengah total impor selama satu semester terakhir di posisi 14,3 juta ton. 

Adapun, impor Migas Indonesia selama 6 bulan terakhir tercatat sebesar US$23,91 miliar dengan volume mencapai 26,67 juta ton. Angka itu secara nilai naik dua kali lipat dibandingkan realisasi impor pada periode yang sama tahun lalu. Saat itu, nilai impor Migas berada di angka US$13,31 miliar sementara volume impor relatif bergerak konservatif di angka 24,3 juta ton.

PT Pertamina (Persero) tengah mengintensifkan pengerjaan sejumlah kilang yang ditenggat rampung pada 2027 mendatang. Komitmen itu disampaikan menyusul keputusan pemerintah yang belakangan menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) di tengah masyarakat.

Sebelumnya, Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari mengatakan bahwa kebijakan penyesuaian harga BBM itu berdampak positif untuk perencanaan keuangan perusahaan minyak pelat merah ke depan. Terlebih, momentum harga minyak mentah dunia masih mengalami penguatan hingga pertengahan tahun ini.

"Kebijakan tersebut [penyesuaian harga] berdampak positif bagi keuangan Pertamina, khususnya dalam perencanaan cash flow perusahaan," kata Heppy saat dihubungi, Minggu (4/9/2022).

Dengan demikian, kata Heppy, Pertamina relatif bakal memiliki perencanaan keuangan yang lebih lancar untuk pengembangan proyek yang menjadi portofolio perseroan. Misalnya, sambungnya, Pertamina mencatat 14 proyek kilang yang ditarget rampung hingga 2027. Adapun, dana yang dibutuhkan mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp569,44 triliun, kurs Rp14.236.

Proyek itu akan meningkatkan kapasitas produksi Pertamina dari kemampuan saat ini yang hanya 729.000 barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari. Selain itu, fleksibilitas dan kualitas pemurnian minyak mentah juga ditingkatkan untuk mengejar keekonomian produk.

Seperti diketahui, pemerintah tetap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) seperti Pertalite, Solar hingga Pertamax kendati harga minyak mentah dunia belakangan terkontraksi cukup dalam dari level US$100 per barel.

Pemerintah menaikkan harga Pertalite dari posisi awal Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, diikuti Solar subsidi dari harga awal Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter. Adapun pemerintah turut mengerek harga Pertamax non subsidi dari angka Rp12.500 ke posisi Rp14.500 per liter.

Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro menilai harga jual BBM milik Pertamina yang sudah mendekati harga keekonomian akan ikut mengerek naik investasi pada pengerjaan kilang ke depan. Di satu sisi, Pertamina memiliki tugas untuk dapat memproduksi BBM dengan harga kompetitif lewat pemurnian lewat mentah di dalam negeri.

"Kalau harga BBM bagus ke depan otomatis kilangnya harusnya nambah ya, itu jadi insentif bagi teman-teman pengembang kilang," kata Komaidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper