Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GMFI Targetkan Pesawat Garuda Grup Bisa Digunakan Desember 2022

PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) memprioritaskan untuk mereaktivasi kembali pesawat Garuda Indonesia group.
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) menargetkan penyelesaian pemeliharaan pesawat Garuda Group agar laik dierbangkan kembali mulai Desember 2022.

Direktur Utama GMFI Andi Fahrurrosi menyampaikan saat ini maskapai sedang dalam upaya menambah kapasitas penerbangannya sebagai strategi untuk mengakomodir tingginya permintaan dan menstabilkan tarif tiket pesawat. Selama pandemi, perseroan harus mengandangkan pesawatnya di hanggar akibat tidak banyak digunakan.

Perseroan memprioritaskan untuk mereaktivasi kembali pesawat Garuda Indonesia group agar menopang kinerja dengan lebih optimal usai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Secara menyeluruh, kapasitas pesawat akan bertambah secara optimal hingga 2023.

"Timeline-nya untuk Boeing 737 dan Airbus A320 target penyelesaiannya adalah Desember 2022. Airbus A330 target penyelesaian pada Juni 2023 sedangkan Boeing 777 target penyelesaian Desember 2023," ujarnya, Jumat (2/9/2022).

Saat ini, tuturnya, maskapai mendapatkan tantangan rantai pasok dalam mereaktivasi pesawat. Misalnya untuk pengiriman suku cadang dari Eropa dan Amerika Serikat yang sebelumnya hanya memakan waktu hanya tiga hari, saat ini menjadi 7 hari. Kondisi ini membuat penyelesaian pengerjaan pemeliharaan juga menjadi lebih lama.

"Tapi kami tagetkan untuk pesawat narrow body Garuda dan Citilink bisa terbang Desember 2022. Termasuk juga maskapai lain yang domestik pada Desember 2022 supaya bisa menambah kapasitas maskapai beroperasi melayani domestik," imbuhnya.

Saat ini GMFI juga sedang menangani mayoritas pemeliharaan pesawat widebody atau sebesar 90 persen dari maskapai Timur Tengah, Eropa Timur, dan Eropa barat. Sementara untuk pesawat narrow body, mayoritas masih berasal dari grup maskapai di Indonesia, Filipina, Thailand, Korea Selatan, dan Vietnam.

Adapun PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) berfokus merestorasi kapasitas pesawat sebagai salah satu upaya menstabilkan tarif tiket pesawat lewat Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diprediksikan cair pada Oktober 2022.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan ada tiga cara yang telah dipersiapkan oleh perseroan untuk merestorasi kapasitas pesawat. Pertama, dari dana operasi perseroan. Kedua dari dana PMN, dan terakhir dari kerja sama dengan Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA).

"Begitu PMN nanti masuk, mayoritas akan kita pakai untuk restorasi pesawat, bukan untuk bayar utang," ujarnya.

Dalam rencananya, secara grup perseroan menambah hingga menjadi 120 pesawat. Rinciannya, sebanyak 60 pesawat dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan 60 sisanya untuk maskapai anak usahanya, Citilink.

Guna merestorasi pesawat ini, kata Irfan memang membutuhkan dana dan waktu. Pasalnya, pesawat semestinya dirawat dengan rutin tetapi selama pandemi yang tidak membutuhkan banyak pergerakan membuat perseroan memilih untuk membiarkannya di hanggar.

Restorasi pesawat ini akan membutuhkan waktu hingga tahun depan. Dia berharap sebagain pesawat bisa dilakukan restorasi pada tahun ini dan sebagian bisa diselesaikan pada tahun depan.

Persoalan restorasi ini bukan berkaitan dengan tubuh pesawat tetapi mesin pesawat. Bahkan sebagian besar atau Mayoritas yang berbadan besar harus dilakukan perawatan ke luar negeri.

"Sebagian akhir tahun ini bisa dan sebagian Semester I/2023 untuk restorasi," tekannya.

Meski tengah memulihkan jumlah pesawat pasca pandemi, Irfan mengakui bahwa jumlah pesawat yang dimiliki nantinya akan jauh berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19.

"Udah pasti jumlah pesawat kami akan beda jauh dengan sebelum pandemi. Nggak mungkin 140 lagi, turun jauh. Apalagi jenis bombardier CRJ-1000 juga sudah dikembalikan," tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper