Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2022 mencatatkan deflasi sebesar 0,21 persen (month-to-month/mtm).
Secara tahun berjalan, inflasi pada periode tersebut tercatat mencapai 3,63 persen (year-to-date/ytd), sementara secara tahunan mencapai 4,69 persen (year-on-year/yoy).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan bahwa penyumbang utama deflasi pada Agustus 2022 berasal dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, serta transportasi.
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan deflasi sebesar -1,80 persen secara bulanan. Komoditas utama penyumbang deflasi pada kelompok ini adalah bawang merah, cabai rawit, dan cabai merah.
“Makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil 0,48 persen terhadap deflasi Agustus 2022, penyebabnya berasal dari bawang merah dengan andil 0,15 persen, cabai merah memberikan andil 0,12 persen, dan cabai rawit memberikan andil 0,07 persen,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (1/9/2022).
Margo menjelaskan deflasi pada sejumlah komoditas tersebut didorong oleh pulihnya pasokan sehingga terjadi penurunan harga pada Agustus 2022.
Di samping itu, kelompok pengeluaran transportasi mencatatkan deflasi sebesar -0,08 persen mtm dan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,01 persen.
Deflasi pada kelompok pengeluaran transportasi dipicu oleh penurunan harga avtur dan adanya pembebasan tarif PNBP untuk jasa pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat di bandara.
Dari pantauan BPS di 90 kota, tercatat 79 kota mengalami deflasi, dengan deflasi terdalam di Tanjung Pandan sebesar -1,65 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi pada Agustus 2022 terjadi di Ambon, sebesar 0,82 persen.