Bisnis.com, JAKARTA — indeks Harga Konsumen (iHK) pada Agustus 2022 diperkirakan deflasi sebesar 0,10 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Secara tahunan, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi pada Agustus 2022 akan mencapai 4,80 persen (year-on-year/yoy).
Josua menyampaikan, deflasi pada periode tersebut didorong oleh penurunan harga pada sejumlah komoditas pangan.
“Deflasi pada Agustus cenderung didorong oleh deflasi barang bergejolak, terindikasi dari penurunan harga komoditas pangan seperti bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit, seiring dengan normalisasi sisi supply,” katanya kepada Bisnis, Rabu (31/8/2022).
Sejalan dengan itu, dari sisi barang yang diatur oleh pemerintah, harga tiket pesawat diperkirakan mulai melandai, seiring dengan harga avtur yang juga diperkirakan mulai menurun.
Di sisi lain, Josua memperkirakan inflasi pada komponen inti akan meningkat menjadi sebesar 2,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Baca Juga
Kenaikan inflasi inti menurutnya disebabkan oleh kenaikan ekspektasi inflasi sejalan dengan potensi kenaikan harga BBM dan second round effect dari kenaikan inflasi harga bergejolak dan harga yang diatur pemerintah.
“Namun demikian, inflasi inti diperkirakan cenderung terbatasi oleh penurunan harga emas, yang sepanjang Agustus mengalami tren penurunan,” jelas Josua.
Bank Indonesia (BI) berdasarkan Survei Pemantauan Harga memperkirakan IHK pada Agustus 2022 akan mengalami deflasi sebesar 0,13 persen mtm.
BI mencatat, komoditas utama penyumbang deflasi Agustus 2022 hingga minggu keempat, yaitu bawang merah sebesar -0,17 persen mtm, cabai merah sebesar -0,13 persen mtm, minyak goreng dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,07 persen mtm.
Di samping itu, beberapa komoditas penyumbang deflasi lainnya adalah daging ayam ras sebesar -0,04 persen mtm, tarif angkutan udara dan tomat masing-masing sebesar -0,03 persen mtm, serta bayam, bawang putih dan jeruk masing-masing sebesar -0,01 persen mtm.
Sementara itu, sejumlah komoditas mencatatkan inflasi, yaitu bahan bakar rumah tangga sebesar 0,08 persen mtm, telur ayam ras dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,03 persen mtm, beras sebesar 0,02 persen mtm, serta semen, air kemasan dan kentang masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.