Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: Awan Gelap Selimuti Perekonomian Indonesia

Sri Mulyani mengatakan terdapat risiko yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia pada paruh kedua tahun ini dan 2023.
Tankapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Tindak Lanjut Hasil Rakor Kemenko Perekonomian terkait Kebijakan Subsidi BBM, di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Jumat (26/8/2022). /Bisnis-Feni Freycinetia Fitrianirn
Tankapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Tindak Lanjut Hasil Rakor Kemenko Perekonomian terkait Kebijakan Subsidi BBM, di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Jumat (26/8/2022). /Bisnis-Feni Freycinetia Fitrianirn

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai bahwa terdapat 'awan gelap' yang menyelimuti perekonomian Indonesia berupa tekanan inflasi hingga risiko pelemahan ekonomi, padahal kinerja yang positif sudah terjadi pada semester I/2022.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tentang jawaban pemerintah atas pandangan umum fraksi-fraksi DPR terhadap Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 dan Nota Keuangannya.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa pemerintah mendesain RAPBN dengan dasar optimisme, yakni capaian kinerja perekonomian yang baik pada semester I/2022. Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2022 mampu mencapai 5,44 persen atau termasuk yang tertinggi di Asean, juga inflasi di angka 4,94 persen yang relatif moderat dari negara-negara lain.

Meskipun begitu, dia menilai bahwa terdapat risiko yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia pada paruh kedua tahun ini dan 2023. Risiko itu terutama berasal dari tekanan eksternal yang merembet ke aktivitas ekonomi domestik.

"Kita tetap menjaga kewaspadaan tinggi karena awan tebal dan gelap dalam bentuk inflasi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas, dan pelemahan ekonomi, serta ketegangan geopolitik bahkan mulai melanda perekonomian Eropa, Amerika Serikat, dan China," ujar Sri Mulyani pada Selasa (30/8/2022).

Menurutnya, kondisi tersebut menimbulkan rambatan negatif ke seluruh dunia, dalam bentuk krisis pangan dan energi yang memacu lonjakan harga. Kenaikan suku bunga pun mencekik negara-negara berkembang karena terjadi arus modal keluar.

"Ini berpotensi melemahkan nilai tukar dan memaksa suku bunga disesuaikan ke atas. Dampak rambatan global ini dapat mengancam ekonomi Indonesia dalam bentuk tekanan harga [inflasi], pelemahan permintaan dan pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sri Mulyani menilai bahwa di tengah kondisi tersebut, keuangan negara harus menjadi bantalan atas berbagai guncangan global. Hal tersebut harus tetap berjalan di tengah tuntutan konsolidasi fiskal, yakni pengembalian defisit APBN di bawah 3 persen pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper