Bisnis.com, JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) untuk memanfaatkan peluang di sektor pangan.
Menurutnya, peluang ini terbuka di tengah ancaman krisis pangan akibat ketidakpastian ekonomi global karena pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia—Ukraina.
Hal ini disampaikan Presiden saat memberikan pengarahan kepada KADIN Provinsi Se-Indonesia, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (23/8/2022).
“Dalam kondisi sesulit apapun, dalam situasi sesulit apapun pasti ada peluang, dan yang bisa menggunakan peluang itu adalah entrepreneur, wirausahawan, Bapak/Ibu sekalian, enggak ada yang yang lain,” katanya, Selasa (23/8/2022).
Dia melanjutkan, dirinya tidak akan bosan untuk terus mengingatkan mengenai ketidakpastian ekonomi global, sebab prosesnya belum selesai. Menurutnya, kondisi tidak makin mudah, tetapi justru makin rumit.
“Dulunya misalnya, diperkirakan oleh lembaga-lembaga internasional 9 negara akan ambruk tambah lagi 25 negara, tambah 42 negara, terakhir 66 negara ekonominya akan ambruk dan satu per satu sudah mulai. Inilah yang kita hadapi sekarang ini,” tuturnya.
Baca Juga
Jokowi pun kembali menceritakan saat dirinya melakukan kunjungan kerja ke Ukraina dan rusia untuk menemui masing-masing Kepala Negara, di mana saat berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membutuhkan waktu 1,5 jam serta dengan Presiden Vladirmir Putin selama 2,5 jam.
“Saya melihat sebenarnya [antara Rusia-Ukraina] ingin agar ada ruang dialog tetapi di lapangan saya lihat sulit untuk mempertemukan dalam sebuah ruang dialog antara Presiden Putin dan Zelensky jadi saya belokkan ke krisis pangan saja sudah saya mau bicarakan ini,” katanya.
Dia menjabarkan, di Ukraina ada stok 22 juta ton, ditambah panen baru 55 juta ton, artinya 77 juta ton ada di Ukraina, sedangkan di Rusia terdapat 130 juta ton gandum sehingga total dari kedua negara tersebut terdapat 207 juta ton gandum.
Jokowi pun membandingkan bahwa konsumsi beras di Indonesia hanya 31 juta ton, sedangkan stok gandum sebanyak 207 juta ton tidak bisa keluar. Alhasil, negara-negara yang mengimpor terutama Afrika saat ini berada dalam kondisi sangat sulit.