Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 Penyebab Pemerintah Bakal Menaikkan Harga BBM Subsidi

Berikut 3 penyebab pemerintah bakal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dalam waktu dekat.
Petugas melakukan pengisian BBM di salah satu SPBU milik Pertamina di Sumsel. istimewa
Petugas melakukan pengisian BBM di salah satu SPBU milik Pertamina di Sumsel. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberi sinyal bahwa pemerintah bakal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dalam waktu dekat.

Dia mengatakan pemerintah tengah menghitung skenario penyesuaian subsidi dan kompensasi energi BBM, di tengah semakin kuatnya sinyal kenaikan harga.

"Itu modelling ekonominya saya kira sudah dibuat, nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa, bagaimana, mengenai kenaikan harga [BBM] ini," ujar Luhut seperti dilansir Antara, Jumat (19/8/2022).

Luhut mengatakan sinyal kenaikan harga BBM, khususnya Pertalite dan Solar, terus muncul lantaran anggaran subsidi BBM dan kompensasi energi pada 2022 yang membengkak hingga Rp502 triliun.

3 penyebab pemerintah ingin menaikkan harga BBM

Lantas, apa saja faktor-faktor yang membuat pemerintah ingin menaikkan harga BBM subsidi? Berikut penyebab harga BBM subsidi bisa naik yang dikutip dari berbagai sumber.

1. Lonjakan Harga Minyak Dunia

Langkah pemerintah untuk menaikkan harga BBM subsidi dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak mentah di pasar global menjelang musim dingin.

Jika dicermati, harga minyak mentah sepanjang pekan lalu turun hampir 1,3 persen dari rata-rata pekan sebelumnya karena perlambatan ekonomi global membayangi pemulihan permintaan di AS. Kontrak berjangka West Texas Intermediate pengiriman September parkir di US$90,8 per barel pada Jumat (19/8) dan Brent di US$96,7 per barel.

Melihat pergerakan terkini, Bursa Berjangka Komoditi dan Derivatif melihat harga minyak secara teknikal berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$95 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif, maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$85 per barel.

2. Subsidi BBM Bengkak

Menko Luhut mengatakan perlu ada penyesuaian kebijakan harga BBM yang saat ini ditopang oleh subsidi dari APBN sebesar Rp502 triliun. Sejalan dengan harga minyak dunia yang tinggi, terdapat gap antara harga keekonomian dan harga jual Pertalite serta Solar.

Oleh sebab itu, Luhut menyebut pemerintah tengah menyusun skema penyesuaian harga untuk mengurangi beban subsidi dan kompensasi energi tersebut.

Apalagi, saat ini harga BBM di Indonesia relatif lebih murah jika dibandingkan dengan mayoritas negara lain di dunia.

Sebagai gambaran, harga keekonomian BBM jenis Solar mencapai Rp18.150 per liter, tetapi dijual di SPBU seharga Rp5.150 per liter. Sementara itu, harga keekonomian Pertalite mencapai Rp17.200 per liter, dan dijual oleh PT Pertamina (Persero) seharga Rp7.600 per liter.

3. Harga Minyak Mentah Indonesia Cenderung Tinggi

Dikutip dari Antara, Pertamina telah menaikkan harga BBM komersial, yaitu Pertamax Turbo (RON 98), Dexlite, dan Pertamina Dex. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan kenaikan harga ini disebabkan oleh harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) yang masih tinggi.

Menurutnya, harga minyak mentah sering kali bersifat fluktuatif, tetapi di Indonesia, saat ini, harganya masih cenderung tinggi. Berdasarkan catatan Pertamina, harga rata-rata ICP per Juli 2022 berada di kisaran US$106,73 per barel atau lebih tinggi 24 persen daripada Januari 2022.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga, Irto Ginting mengatakan Pertamina tengah berfokus untuk melakukan sosialisasi terkait dengan program pembatasan pembelian BBM bersubsidi pertalite sembari meningkatkan jumlah pendaftar pada aplikasi MyPertamina.

Dia menuturkan perseroan terus meningkatkan infrastruktur terkait pada seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk mengejar target implementasi pembatasan pembelian yang sebelumnya ditarget efektif pada bulan ini.

“Kita bersama Telkom mempersiapkan EDC untuk pencatatan kendaraan dan untuk jaringan juga kami sudah berkoordinasi dengan provider,” kata Irto saat dihubungi, Minggu (21/8/2022)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper