Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Pasokan Hunian Kantor di Sudirman Banyak Tersisa, Kok Bisa?

Konsultan properti Colliers Indonesia menyebut oversupply ruang kantor paling banyak ada di kawasan Sudirman.
Afiffah Rahmah Nurdifa
Afiffah Rahmah Nurdifa - Bisnis.com 10 Agustus 2022  |  21:24 WIB
Pasokan Hunian Kantor di Sudirman Banyak Tersisa, Kok Bisa?
Seorag pria menelepon dengan latar belakang gedung perkantoran di kawasan bisnis terpadu Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta. - Antara Foto/Andika Wahyu.

Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat hunian gedung perkantoran di kuartal II/2022 menurun 1 persen dari kuartal sebelumnya. Hal ini memicu kelebihan pasokan ruang, salah satunya di kawasan Sudirman.

Berdasarkan laporan Colliers di kuartal II/2022, rata-rata tingkat hunian di Central Business District (CBD) tercatat sebesar 74,9 persen dengan total pasokan kumulatif sebesar 7,04 juta meter2.

Senior Director Office Services Colliers Bagus Adikusumo menyebutkan dari penurunan tingkat hunian tersebut, kawasan Sudirman memiliki pasokan berlebih yang belum terisi di kuartal kedua ini.

"Ketika bicara total suplai yang paling banyak sekarang memang masih didominasi oleh Sudirman," kata Bagus, Rabu (10/8/2022).

Seperti diketahui, Sudirman Central Business District (SCBD) merupakan kawasan perkantoran elite yang identik dengan gedung pencakar langit eksklusif.

Namun, Bagus menilai pasokan yang berlebih di kawasan perkantoran ini dipicu oleh suplai yang bertambah di setiap tahun, adanya tren WFH dan bekerja hybrid, dan permintaan yang tidak seimbang dengan oversupply.

"WFH dan metode hybrid itu sangat mempengaruhi, surveri terakhir Colliers itu sebanyak 77 persen menjalankan hybrid. Sudah hampir pasti ruang kantor nya semakin diperkecil saat mereka perpanjang sewanya," paparnya. 

Dengan kondisi tersebut, ruang kantor yang tadinya terisi penuh namun akan disesuaikan dengan kebutuhan yang menurun akibat WFH dan hybrid. Hal tersebut menekan pasar perkantoran dan tingkat okupansi, termasuk harga sewa.

Terlebih, Bagus menekankan tekanan yang terjadi di pasar tak hanya 10-15 persen, beberapa di antaranya ada yang tertekan hingga 40-50 persen. Maka tak heran jika masih banyak pasokan tersisa di pasar.

Namun, Bagus meyakini penurunan permintaan dan tingkat hunian kantor akan diproyeksi meningkat di kuartal III dan kuartal IV. Pasalnya, di kuartal ini GDP growth Indonesia mengalami pertumbuhan di atas 5 persen.

"Karena memang korelasi antara permintaan kantor dengan GDP growth itu satu, hubungannya kuat. Sehingga jika GDP growth-nya naik otomatis permintaan kantornya meningkat," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

perkantoran gedung perkantoran sudirman
Editor : Rio Sandy Pradana

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top