Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India Ingin Usir Produsen Smartphone China dari Pasar Entry-Level, Mengapa?

Pembatasan di pasar entry-level India akan merugikan produsen dari China termasuk Xiaomi Corp dan Realme.
Xiaomi Redmi Note 11 Pro 5G/GSM Arena
Xiaomi Redmi Note 11 Pro 5G/GSM Arena

Bisnis.com, JAKARTA - India berupaya membatasi penjualan smartphone China dengan harga di bawah 12.000 rupee atau Rp2,2 juta (dengan kurs Rp186) demi menopang industri dalam negerinya yang goyah.

Dilansir dari Bloomberg, langkah ini bertujuan untuk mendorong raksasa China keluar dari segmen entry-level pasar smartphone terbesar kedua di dunia ini.

“Itu bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran tentang merek-merek bervolume tinggi seperti Realme dan Transsion yang menekan kinerja produsen lokal,” kata sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, dikutip dari Bloomberg pada Senin (8/8/2022).

Pembatasan di pasar entry-level India akan merugikan produsen dari China termasuk Xiaomi Corp, yang dalam beberapa tahun terakhir semakin mengandalkan negara ini untuk mendorong pertumbuhan saat pasar dalam negeri mereka mengalami serangkaian lockdown Covid-19 yang melumpuhkan konsumsi.

Smartphone di bawah Rp2,2 juta berkontribusi sepertiga dari volume penjualan India untuk kuartal hingga Juni 2022, dengan perusahaan China menyumbang hingga 80 persen dari penjualan tersebut, berdasarkan laporan Counterpoint Research.

Analis Bloomberg Intelligence Steven Tseng dan Sean Chen mengatkaan pengiriman smartphone Xiaomi diperkirakan turun 11-14 persen per tahun atau 20-25 juta unit dengan penjualan turun 4-5 persen, jika India memberlakukan larangan penjualan ponsel buatan China di bawah Rp2,2 juta.

“Ini menyumbang 25 persen dari segmen di India, yang merupakan pasar luar negeri paling penting bagi Xiaomi, dengan 66 persen dari smartphone-nya dengan harga di bawah US$150, menurut IDC (International Data Corporation),” kata mereka.

India meningkatkan tekanan pada perusahaan-perusahaan China sejak musim panas 2020 setelah belasan tentara India tewas menyusul bentrokan dengan China di perbatasan Himalaya yang disengketakan. Sejak itu India telah melarang lebih dari 300 aplikasi, termasuk WeChat dari Tencent Holdings Ltd. dan TikTok dari ByteDance Ltd., karena hubungan antara kedua negara sedang kacau.

Sementara itu, perusahaan lokal seperti Lava dan MicroMax hanya menguasai setengah dari penjualan smartphone India sebelum pendatang baru dari negara tetangga mengganggu pasar dengan perangkat murah dan kaya fitur.

Secara pribadi, pemerintah terus meminta eksekutif China untuk membangun rantai pasokan lokal, jaringan distribusi, dan ekspor dari India. Ini menunjukkan New Delhi masih sangat menginginkan investasi mereka.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper