Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah India berencana untuk memulai pasar perdagangan karbon untuk penghasil emisi utama di industri energi, baja, dan semen, sebagai bagian dari upayanya untuk mempercepat transisi ke bahan bakar yang lebih bersih.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (2/8/2022), upaya tersebut diperkirakan akan diumumkan oleh Perdana Menteri (PM) Narendra Modi pada perayaan Hari Kemerdekaan pada 15 Agustus.
"Sudah bekerja sejak Maret, saat konsultasi dengan kementerian dan perusahaan dimulai," kata salah seorang sumber anonim kepada Bloomberg.
Namun, Kantor Perdana Menteri dan lembaga think tank pemerintah NITI Aayog belum menanggapi kabar tersebut.
Pasar awalnya akan terbatas pada sektor-sektor yang sulit dikurangi, dengan memungkinkan para produsen untuk memperdagangkan kredit karbon yang diperoleh dari pemotongan emisi.
Salah satu tujuannya adalah untuk memastikan BUMN seperti Oil & Natural Gas Corp., Indian Oil Corp., dan NTPC Ltd., serta perusahaan baja dan semen, dapat mengambil manfaat dari investasi yang direncanakan dalam proyek carbon capture.
Baca Juga
India sebagai penghasil emisi terbesar ketiga di dunia telah mengejutkan para pakar dengan mengumumkan rencana untuk mencapai net zero emission tahun 2070 pada KTT COP26 di Glasgow, Inggris akhir tahun lalu.
Sementara itu, satu dekade di belakang sesama raksasa Asia, China, ekonomi terbesar di Asia Selatan ini kurang berkembang dan menghadapi tantangan iklim yang lebih besar. India ingin mengurangi 1 miliar ton emisi pada 2030 sebagai langkah pertama dalam mencapai tujuannya.
Rencana lebih rinci mengenai pengembangan pasar karbon kemungkinan akan siap pada kuartal IV/2022. India juga ingin memperkenalkan bahan bakar campuran metanol dalam transportasi darat dan laut, membangun lebih banyak proyek penangkapan karbon, dan mendorong adopsi kendaraan listrik sebagai bagian dari tujuan iklimnya.