Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah Indonesia memprioritaskan peran industri manufaktur sebagai instrumen utama untuk merealisasikan agenda transformasi ekonomi lepas dari middle income trap country.
Menurut Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, optimalisasi manufaktur masih jadi pekerjaan rumah.
"Indonesia harus emphasize di sektor manufaktur dengan memprioritaskan penguatan nilai tambah produk-produk di industri tersebut," kata Bambang saat menjadi pembicara di "National Development Policymaking on Decarbonization to Achieve Clean and Affordable Electricity", Senin (8/8/2022).
Optimalisasi penguatan nilai tambah produk-produk manufaktur Tanah Air, jelasnya, perlu dilakukan mengingat Indonesia sudah memiliki berbagai macam sumber alami untuk bahan baku atau komoditas dunia.
Dia menambahkan, sebagai salah satu instrumen utama transformasi ekonomi, industri manufaktur diharapkan bisa berkontribusi dalam upaya Indonesia keluar dari status middle income trap country pada 2045.
Momok jebakan pendapatan menengah bagi Indonesia memang niscaya. Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan cepatnya pertumbuhan pendapatan yang diiringi ongkos produksi tinggi. Lambat laun, kondisi ini akan berdampak buruk karena menyebabkan kehilangan nilai kompetitif.
Baca Juga
Salah satu jalan melampaui rintangan tersebut adalah memacu nilai tambah industri manufaktur. Penguasaan industri manufaktur dengan teknologi mutakhir, salah satunya adalah yang diusung G20. Kampanye global penggunaan bahan baku dan energi ramah lingkungan diyakini bakal merangsang kembali investasi baru di Indonesia.
Menurut UN ESCAP Executive Secretary Armida Alisjahbana, diperlukan investasi serta subsidi untuk mendukung implementasi masif penerapan prinsip ekonomi hijau di sektor manufaktur. Termasuk, di industri kendaraan listrik.