Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 tercatat tumbuh tinggi di tengah ancaman perlambatan ekonomi global, sejalan dengan laju inflasi yang meningkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada kuartal II/2022 tumbuh sebesar 5,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menyampaikan bahwa akselerasi kinerja ekonomi pada periode tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang terus meningkat, terutama konsumsi rumah tangga, dan kinerja ekspor yang tetap tinggi
“Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan mayoritas lapangan usaha dan di seluruh wilayah,” katanya dalam siaran pers, Sabtu (6/5/2022).
Dia memperkirakan, perbaikan ekonomi akan terus berlanjut ke depan, didukung oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha.
Namun demikian, dia mengatakan perlambatan ekonomi global dan laju inflasi yang tinggi masih menjadi tantangan dan perlu diwaspadai ke depan.
Baca Juga
“Dampak perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan potensi tertahannya konsumsi rumah tangga akibat kenaikan inflasi patut diwaspadai,” jelasnya.
Adapun, hampir seluruh lapangan usaha pada menunjukkan berlanjutnya perbaikan ekonomi pada kuartal II/2022.
Perbaikan terutama didorong oleh beberapa lapangan usaha, seperti industri pengolahan, transportasi dan pergudangan, serta perdagangan.
Sejalan dengan itu, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum juga mencatat pertumbuhan yang tinggi, terutama didorong oleh pelonggaran syarat perjalanan dan peningkatan aktivitas dengan adanya momentum Idulfitri.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi sebesar 5,51 persen yoy, jauh di atas capaian kuartal sebelumnya sebesar 4,34 persen yoy.
Erwin menyampaikan, kinerja positif tersebut didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat seiring dengan semakin longgarnya kebijakan pembatasan mobilitas dan aktivitas terkait perayaan Idulfitri.
Investasi tumbuh melambat sebesar 3,07 secara tahunan, terutama investasi bangunan, di tengah kinerja investasi nonbangunan yang tetap baik.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah melanjutkan kontraksi sebesar 5,24 persen yoy, terutama bersumber dari penurunan belanja barang untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PC-PEN) sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi Covid-19.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor tercatat meningkat sebesar 19,74 persen yoy, ditopang oleh permintaan mitra dagang utama yang tetap kuat.