Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menko Airlangga Hartarto Minta BI Tahan Suku Bunga

Menko Airlangga menilai pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dijaga apabila suku nunga acuan tetap rendah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi di Jakarta, Selasa (2/8/2022). Bisnis/Suselo Jati
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi di Jakarta, Selasa (2/8/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menilai bahwa Bank Indonesia tidak perlu terburu-buru menaikkan suku bunga karena laju inflasi inti masih ada dalam kondisi yang relatif terkendali, meskipun inflasi sudah di atas ambang target.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers tentang perkembangan perekonomian Indonesia terkini. Acara tersebut berlangsung di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (5/8/2022).

Dia menjelaskan bahwa laju inflasi Indonesia memang cukup tinggi, yakni 4,94 persen pada Juli 2022. Namun, Indonesia ternyata mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen pada kuartal II/2022, sehingga terdapat sinyal pemulihan ekonomi yang sangat baik di tengah berbagai ketidakpastian.

Airlangga menyebut bahwa momentum pemulihan ekonomi itu dapat terus berlanjut dengan kondisi suku bunga rendah. Dia pun menilai bahwa bank sentral bisa tetap menjaga kebijakan moneternya agar pemulihan ekonomi berlanjut.

"Kami melihat bahwa dari segi inflasi 4,94 persen, inflasi inti masih 2,86 persen sehingga angkanya masih rendah. Ekonomi ini baru recover, sehingga kami berharap [Bank Indonesia] tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga," ujar Airlangga pada Jumat (5/8/2022).

Menurutnya, inflasi inti perlu menjadi tolak ukur utama karena mencerminkan kondisi yang masih terjaga. Inflasi inti yang masih bergerak di rentang 3—4 persen menurutnya mencerminkan kebijakan penanganan inflasi dari sisi fiskal maupun moneter membawa dampak positif.

Airlangga menyebut bahwa pemerintah telah menggelontorkan triliunan dana untuk subsidi, kompensasi, dan bantuan sosial demi menjaga konsumsi masyarakat. Besarnya peranan fiskal menurutnya membuat BI dapat menjaga kebijakan moneter yang ada.

"Dengan inflasi inti masih 2,86 persen, tentu BI tak perlu buru-buru menaikkan tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga yang tak berubah ini mendorong ekspansi dari working capital dan investasi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper