Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) mengatakan jumlah pengiriman barang tidak berbanding lurus dengan raihan laba. Terlebih, selama pandemi Covid-19 saat biaya produksi dan distribusi (bahan bakar) meningkat.
Sekretaris Jenderal Asperindo Trian Yuserma menegaskan bahwa pertumbuhan volume pengiriman barang oleh perusahaan logistik akan terus meningkat, bahkan secara pesat. Namun, pandemi Covid-19 yang mendorong daya beli masyarakat menurun menjadi ancaman bagi industri logistik.
"Ini terlihat trennya harus diakui beberapa anggota kami bahasa Jawa-nya 'njlungup' karena pandemi," jelas Trian pada Webinar Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Rabu (3/8/2022).
Di sisi lain, adanya tren promo ongkos kirim gratis atau biasa dikenal sebagai gratis ongkir diakui membebani perusahaan. Trian bahkan menilai free ongkir harus pelan-pelan dihapus agar masyarakat tidak terlalu bergantung kepada promo tersebut.
"Pengusaha-pengusaha anggota kami pun saat ini di era pandemi tidak ada yang mengalami pertumbuhan profit," ujarnya.
Di sisi lain, industri e-commerce yang erat kaitannya dengan industri logistik mencatatkan nilai transaksi sebesar US$53 miliar secara nasional pada 2021. Angka tersebut naik 52 persen dari 2020.
Baca Juga
Pada tiga tahun ke depan hingga 2025, peran e-commerce pun diprediksi masih akan mendominasi hingga US$104 miliar atau hampir Rp1.400 triliun.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia atau idEA Bima Laga mengatakan saat ini kontribusi e-commerce terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional mencapai 5 persen. Kontribusi tersebut diharapkan meningkat menjadi 10 persen terhadap PDB pada 2025.
"Pandemi ini merubah behavior belanja orang yang dari awalnya belum pernah belanja online, akhirnya belanja online. Misalnya belanja grocery," tuturnya.