Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Perang Rusia-Ukraina, Industri Mamin Minta Bea Masuk Bahan Baku Dikurangi

Perang Rusia-Ukraina telah mengganggu rantai pasok bahan baku industri makanan dan minuman, karena itu pengusaha meminta agar pemerintah mengikis bea masuk.
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku industri makanan dan minuman (Mamin) mendorong pemeerintah untuk mengurangi bea masuk bahan baku untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga akibat perang Rusia-Ukraina.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan pengurangan bea masuk bahan baku tersebut akan membantu industri Mamin untuk tumbuh serta mampu menekan dampak inflasi.

"Hal ini bisa membantu industri Mamin untuk tetap tumbuh serta menekan dampak inflasi," jelas Adhi pada acara "Mid-Year Economic Outlook 2022" yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, Selasa (2/8/2022).

Sebelumnya, Adhi mengatakan diperlukan pembebasan bea masuk, terutama untuk bahan baku dan komoditas yang tergolong ke sebagai barang dengan bea ditanggung pemerintah.

Dia menilai pengurangan bea masuk bahan baku akan menekan harga produksi yang pada akhirnya harga jual ke konsumen tetap terjangkau. 

Selain itu, lanjut Adhi, pemerintah diharapkan memberikan bantuan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah untuk menjaga daya beli di tengah inflasi yang mencapai 4,94 persen pada Juli 2022.

Kendati demikian, Adhi menyebut Indonesia harus waspada terhadap situasi pasokan bahan baku industri Mamin tahun depan yang terancam mengalami guncangan jika perang antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut.

Terus berlanjutnya perang antara kedua negara tersebut dikatakan bakal mengganggu siklus panen bahan baku industri, terutama gandum sebagai bahan baku tepung terigu.

"Meskipun persediaan tahun ini aman. Pengurangan area tanam di Rusia dan Ukraina akan berpengaruh bagi persediaan bahan baku utama seperti gandum. Maka, harus mencari pemasok alternatif," jelasnya.

Perlu diketahui, Gapmmi mencatat, sampai dengan periode tahun berjalan 2022, Indonesia mengimpor hampir 3 juta ton gandum dari Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper