Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk dua bulan berturut-turut, memberikan pengetatan paling agresif dalam lebih dari satu generasi untuk mengekang lonjakan inflasi.
Mengutip Bloomberg, Kamis (28/7/2022), The Fed menghadapi tekanan inflasi terpanas dalam 40 tahun, sehingga mengangkat suku bunga (Fed Funds Rate/FFR) pada Rabu (27/7/2022) menjadi pada kisaran 2,25 persen-2,5 persen. Kenaikan terbaru ini membuat kenaikan kumulatif Juni-Juli menjadi 150 basis poin, atau kenaikan tertajam sejak era price-fighting saat The Fed dipimpin Paul Volcker pada awal 1980-an.
Berdasarkan keterangan resmi dari Washington, The Federal Open Market Committee (FOMC) berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen, mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa "sangat memperhatikan risiko inflasi."
FOMC menegaskan kembali "mengantisipasi bahwa peningkatan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai," dan bahwa itu akan menyesuaikan kebijakan jika muncul risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan.
Pemungutan suara FOMC, yang mencakup dua anggota baru, yakni Wakil Ketua untuk Pengawasan Michael Barr dan Presiden Fed Boston Susan Collins, dengan suara bulat. Penambahan Michael Barr ke dewan awal bulan ini memberikan tujuh gubernur The Fed yang lengkap untuk pertama kalinya sejak 2013.
Sebagai catatan, inflasi AS naik sebesar 9,1 persen sepanjang tahun hingga Juni, dan para bankir sentral khawatir bahwa, setelah lebih dari satu tahun kenaikan biaya yang cepat, orang Amerika mungkin mulai memperkirakan inflasi akan bertahan.
Baca Juga
Amerika Serikat tidak sendirian dalam melakukan kampanye melawan kenaikan harga yang cepat. Inflasi telah meningkat di seluruh dunia karena pandemi telah mengguncang rantai pasokan dan ketika perang Rusia di Ukraina mengganggu pasar bahan bakar dan makanan. Banyak bank sentral menaikkan suku bunga dengan cepat untuk memperlambat ekonomi mereka sendiri, berharap harga-harga kembali terkendali.