Bisnis.com, JAKARTA - Agen properti Ray White menilai inflasi dan kenaikan PPN menjadi 11 persen yang berimbas pada kenaikan harga bahan baku bukan penghalang pertumbuhan bisnis properti di Indonesia.
Ray White Indonesia juga mengungkap adanya multiplier effect yang disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina memang tak terelakkan, khususnya bagi perekonomian secara global maupun nasional. Akibatnya, inflasi Indonesia yang di kuartal I/2022 masih aman kini merangkak naik di atas target Bank Indonesia yaitu 4,35 persen.
Direktur Ray White Projects & Commercial Indonesia Erwin Karya mengatakan kondisi tersebut semestinya dapat menjadi peluang untuk membeli properti yang merupakan aset safe-haven/hedging terhadap tingginya inflasi.
"Hal ini didukung pula dengan suku bunga KPR yang sangat rendah bahkan dapat disebut terendah sepanjang sejarah," kata Erwin dalam keterangan resmi, Rabu (27/7/2022).
Selain KPR, perbankan juga semakin gencar menawarkan tenor atau jangka waktu KPR cukup panjang 25-30 tahun yang disesuaikan dengan umur calon debitur.
Tak hanya itu, pemerintah dan developer juga mengeluarkan insentif dan penawaran menarik untuk calon pembeli. Beberapa di antaranya yaitu Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerinta (PPN DTP) hingga September 2022 dan penawaran DP 0 persen dari developer.
Baca Juga
"Sehingga begitu aplikasinya disetujui pembeli dapat langsung membayar angsuran KPR ke Bank yang bekerja sama," ujarnya.
Menurut Erwin, penawaran dan insentif tersebut dapat membantu milenial membeli rumah meski belum memiliki tabungan cukup untuk pembayaran down payment rumah dengan jumlah besar.
Namun, ada satu hal yang dapat menghambat impian milenial untuk mewujudkan rumah impiannya sulit digapai yaitu gaya hidup hedonistic atau boros. Erwin merasa tren gaya hidup tersebut harus diubah menjadi tren Frugal Living. Dengan begitu, milenial berpeluang besar memiliki rumah sendiri.
Terlepas dari itu, Country Director Ray White Indonesia Johann Boyke Nurtanio melihat pandemi tak menyurutkan suplai maupun minat beli properti. Justru, ketersediaan properti yang sebelumnya jarang kini mulai tersedia kembali.
"Saat pandemi terjadi, bukan berarti masyarakat kehilangan daya beli atau demand pembelian properti menghilang, justru di saat seperti ini banyak investor yang tadinya hanya wait and see, akhirnya keluar dari masa hibernasinya dan mewujudkan investasi di sektor properti," paparnya.
Johann melihat adanya potensi yang baik di pasar properti untuk masa mendatang. Oleh karenanya, ia mengimbau jajarannya untuk terus menjadikan Ray White Indonesia sebagai agen properti yang mengedepankan kepuasan pelanggan untuk meningkatkan kualitas perusahaan.