Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan skenario terburuk dari harga minyak mentah dunia yang masih bergerak fluktuatif menyusul tensi geopolitik Perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut hingga tahun ini.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan kementeriannya mematok asumsi harga minyak mentah berada di posisi US$200 per barel pada skema terburuk pergerakan minyak tahun ini.
“Kalau normal itu kan US$100 per barel, kalau worst case itu bisa US$200 per barel. Kalau US$200 kalikan aja [subsidi saat ini] sekian triliun kali dua aja gampangnya, ini yang harus kita antisipasi,” kata Arifin saat ditemui di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (27/7/2022).
Kendati demikian, Arifin mengatakan, kementeriannya masih berfokus untuk memastikan distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan komoditas energi lainnya tepat sasaran di tengah masyarakat.
Lewat skenario terburuk itu, Kementerian ESDM bakal meminta alokasi subsidi energi mencapai dua kali lipat dari posisi saat ini di kisaran Rp520 triliun.
“Nanti kan kita harus lihat fluktuasi dari harga minyak dunia, karena kan masih berfluktuasi itu yang tertinggi pernah US$117 per barel, tapi kemarin sudah turun sedikit di atas US$100 per barel,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Keuangan meminta persetujuan DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi bbm, listrik, LPG sebanyak Rp520 triliun.
Penambahan anggaran subsidi energi dan kompensasi tersebut, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dilakukan sebagai akibat dari harga jual energi di dalam negeri yang tak sepenuhnya naik, meski harga energi global tengah melonjak.
"Karena itu tahun ini kami meminta persetujuan kepada DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi yang nilainya diperkirakan untuk subsidi dan kompensasi senilai Rp520 triliun," kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (31/5/2022).