Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Apartemen Diprediksi Lesu Jika PPN DTP Tak Diperpanjang

Kehadiran PPN DTP berhasil mendongkrak penjualan apartemen di tengah kenaikan tarif PPN.
Alat berat bekerja dalam pembangunan apartemen di Jakarta saat pandemi Covid-19 menerjang./Bloomberg - Dimas Ardian
Alat berat bekerja dalam pembangunan apartemen di Jakarta saat pandemi Covid-19 menerjang./Bloomberg - Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA- Konsultan properti mendorong pengembang untuk melakukan beberapa skema pemasaran guna menjaga stabilitas permintaan unit apartemen di semester II/2022 ini.

Berdasarkan laporan dari "Jakarta Property Market Insight Q2 2022" di sektor kondominium atau apartemen masih belum ada penambahan pasokan. Hal ini lantaran para pengembang tengah menunggu waktu yang tepat untuk peluncuran proyek terbaru mereka.

Associate Director PT Leads Property Services Indonesia Martin Samuel Hutapea mengatakan para pengembang juga saat ini masih mengusahakan penjualan terhadap beberapa unit yang belum terjual sejak pandemi berlangsung dua tahun terakhir.

Hingga saat ini, tercatat sebanyak 258.555 unit pasokan secara kumulatif. Di samping itu, permintaan apartemen di kuartal ini cukup meningkat menjadi 550 unit dari kuartal sebelumnya hampir 500 unit.

Meningkatnya permintaan unit tersebut sedikit tertolong karena pemberlakukan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) meski tarif PPN juga ikut naik di angka 11 persen kuartal ini.

"Oleh karena insentif PPN akan berakhir di bulan September 2022, maka kondisi ini berpotensi menyebabkan pasar kondominium lesu karena beban pajak 11 persen termasuk tinggi bagi pembeli," kata Martin dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (26/7/2022).

Meski diprediksi lesu, tingkat penjualan apartemen kuartal ini tampak perlahan merangkak naik 0,2 basis poin menjadi 82,3 persen. Sehingga secara kumulatif permintaan tercatat mencapai 212.776 unit.

Martin menyarankan pengembang untuk mengupayakan beberapa skema, disamping berlakunya PPN DTP hingga Septemer mendatang. Pasalnya, insentif tersebut hanya sementara sehingga pengembang tak bisa terus menerus mengandalkannya.

"Tetapi, justru dalam kondisi seperti inilah para pengembang tetap perlu untuk membombardir dengan gimik dan tetap bekerjasama dengan bank dimana bank perlu untuk menawarkan tingkat bunga KPA yang kompetitif serta lamanya cicilan KPA yang panjang," jelasnya

Dia mencontohkan cicilan KPA hingga 25 tahun agar cicilan per bulannya kecil. Dengan demikian, diharapkan permintaan terhadap produk kondominium akan terjaga.

Sebagai informasi, harga jual rata-rata apartemen di Central Business District (CBD) Jakarta yaitu Rp 55,5 juta per meter persegi, naik 0,6 persen dari kuartal sebelumnya. Sementara di lokasi Prime Area tertentu sebesar Rp 46,1 juta per meter persegi atau naik 0,4 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper