Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Resesi Indonesia Sangat Kecil, Moeldoko: Fundamental Ekonomi Domestik Kuat

Moeldoko menilai, hasil survei Bloomberg menunjukkan bahwa bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalatif.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dalam seminar kebangsaan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jawa Tengah, Senin (18/7/2022) - Kantor Staf Presiden.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dalam seminar kebangsaan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jawa Tengah, Senin (18/7/2022) - Kantor Staf Presiden.

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyampaikan bahwa fundamental ekonomi domestik Indonesia kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global.

Hal tersebut disampaikan Moeldoko saat menanggapi hasil survei Bloomberg yang menyebutkan bahwa peluang risiko resesi Indonesia sangat kecil, yaitu 3 persen.

"Hasil survei ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalatif,” kata Moeldoko dalam seminar kebangsaan, dikutip Selasa (19/7/2022).

Dalam kesempatan tersebut, Moeldoko menyampaikan sejumlah cara yang dilakukan pemerintah guna menghadapi ketidakpastian global.

Pada sektor energi misalnya, pemerintah terus menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga di masyarakat dengan menyalurkan subsidi dimana nilainya mencapai Rp520 triliun.

Pilihan tersebut dipertahankan oleh pemerintah agar beban masyarakat tidak berat dalam memenuhi kebutuhan energi. Kendati demikian, subsidi terus menerus dapat membuat APBN jebol. Oleh karena itu, skema subsidi akan diubah.

"Tidak lagi ke barang tapi langsung ke orangnya agar tepat sasaran," ujarnya.

Dia juga membeberkan sejumlah cara pemerintah dalam menghadapi ancaman krisis pangan.

Moeldoko menuturkan, pemerintah telah melakukan peningkatan produktivitas di sektor pertanian untuk menjawab kebutuhan konsumsi pangan dalam negeri yakni sebesar 2,5 juta ton per bulan. Hasilnya, selama tiga tahun berturut-turut, Indonesia tak lagi mengimpor beras.

"Bahkan beras kita surplus. Pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan, seperti menanam sorgum, sagu, dan jagung. Ini semua untuk menjawab tantangan ancaman krisis pangan dunia," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper