Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Pabrik Minyak Makan Merah Dimulai, Alternatif Minyak Goreng Sawit

Pembangunan pabrik minyak makan merah di seluruh Indonesia diklaim bisa menutup 21 persen kebutuhan minyak goreng nasional.
Kebun Sawit. /Sinar Mas Agribusiness
Kebun Sawit. /Sinar Mas Agribusiness

Bisnis.com, JAKARTA – Pembangunan pabrik minyak makan merah di seluruh Indonesia yang dikelola koperasi petani sawit diklaim bisa menutup 21 persen kebutuhan minyak goreng masyarakat Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan pembangunan pabrik tersebut tidaklah sulit, tapi tergantung keseriusan pemerintah.

“Kami berharap kedepannya untuk kebutuhan minyak goreng domestik supaya diserahkan ke koperasi sawit dalam hal penyediaanya di bawah kementerian Koperasi dan UKM,” ujar Gulat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/7/2022).

Gulat mengatakan pembangunan pabrik minyak makan merah sudah sangat tepat dan mendesak arena permasalahan Indonesia pada enam bulan terakhir terkait ke minyak goreng. Menurut dia, jika kebijakan ini tidak diambil maka kejadian kelangkaan dan mahalnya minyak goreng sebagaimana terjadi Januari-Juni lalu akan bersifat musiman.

“Sudah 77 Tahun Indonesia merdeka, masak 1 pabrik minyak goreng pun tidak ada dimiliki oleh usaha rakyat [koperasi]? Padahal 24 jam kita berhubungan dengan minyak goreng sawit dan Indonesia adalah produsen terbesar CPO di dunia dengan sebaran kebun sawit dari Aceh sampai Papua,” ungkap Gulat.

Gulat menjelaskan minyak makan merah dari aspek kesehatan jauh lebih baik dibandingkan minyak goreng biasa. Bahkan Malaysia, ujar dia, komoditas ini masuk menjadi salah satu produk ekspor ke negara-negara Eropa dan China.

Lebih lanjut, Gulat menuturkan jika koperasi yang mengelola pabrik minyak makan merah ini hadir di 22 provinsi, maka ada sekitar lima pabrik per provinsi atau 110 pabrik dengan kapasitas produksi 10 ton per hari. Walakin, pabrik-pabrik itu bisa menghasilkan minyak goreng per bulan sebanyak 33.000 ton minyak makan merah atau 33 juta kilogram.

“Jika kebutuhan minyak goreng sawit [MGS] Indonesia per bulan 200 juta liter [160 juta kg] paling tidak pabrik M3 [minyak makan merah] koperasi ini sudah membantu 21 persen kebutuhan MGS nasional,” ujar Gulat.

Gulat menuturkan jika rincian kebutuhan nasional MGS jenis nonpremium sebesar 65 persen atau 104 juta kg dari total kebutuhan MGS nasional per bulan, maka dengan produksi 110 pabrik minyak makan merah ini paling tidak sudah memenuhi 32 persen dari kebutuhan nasional untuk kelas MGS non premium.

Kemudian, dari hasil perhitungan Apkasindo, satu pabrik minyak makan merah dengan kapasitas produksi 10 ton per hari, membutuhkan biaya Rp15 miliar per pabrik dengan fasilitas lengkap. Maka, kebutuhan total untuk membangun pabrik  milik koperasi ini hanya Rp1,65 triliun.

Gulat menilai jika dibandingkan kerugian petani sawit sejak terjadinya anjloknya harga tandan buah segara (TBS) ini karena akibat kelangkaan dan mahalnya MGS, sekitar dua bulan, maka kerugian sudah mencapai Rp26 triliun.

“Tentu investasi Rp1,65 Triliun ini sangat kecil dibandingkan kerugian kami petani sawit. Apalagi dengan adanya BPDPKS, yang sumber dananya berasal dari sawit untuk sawit [bukan pajak dan bukan APBN] melalui pungutan ekspor, tentu sangat sesuai dengan visi dan misi dari didirikannya BPDPKS,” jelas Gulat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper