Bisnis.com, BALI – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyatakan gejolak ekonomi global saat ini membutuhkan tindakan nyata dari kolaborasi dan konsensus G20. Dia mengatakan G20 sudah pernah mengambil peran penting saat krisis ekonomi global 2008.
Hal itu disampaikan Sri Mulyani kepada delegasi yang hadir dalam pertemuan ketiga Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (15/7/2022).
“Sejarah menunjukkan bahwa kita mampu melakukan ini, seperti pada tahun 2008-2009 ketika ekonomi global terancam kolaps akibat krisis keuangan global, [saat itu] G20 mengambil tindakan untuk memastikan stabilitas keuangan global,” ujarnya di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).
Pada 2020 – 2021 atau saat Covid-19 melanda dunia, dia mengatakan forum G20 turut bergegas melakukan tindakan bagi negara-negara rentan yang menghadapi masalah utang. Bukan itu saja, G20 juga memastikan vaksinasi di seluruh dunia dan dukungan kebijakan luar biasa untuk bisnis-bisnis yang paling rentan.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan kondisi global tengah berada dalam tekanan risiko keamanan pangan hingga krisis energi yang diakibatkan oleh dampak perang Rusia vs Ukraina, sanksi, dan pembatasan ekspor.
Dia meyakini bahwa meski di tengah gejolak, ada harapan tinggi yang bersandar pada pertemuan menteri dan gubernur bank sentral dari negara-negara yang merepresentasikan 80 persen pendapatan domestik bruto (PDB) ini.
Baca Juga
Oleh karena itu, Menkeu RI menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia akan membangun jembatan dan terus berdiskusi tanpa henti untuk mencari solusi atas segala persoalan global saat ini.
“Kami akan terus membangun jembatan dan tidak membangun tembok, karena kami sangat percaya bahwa dunia membutuhkan lebih banyak jembatan bukan perang dan perang.”
Dalam pembukaan FMCBG G20 di Bali, terlihat hadir secara fisik Menkeu Amerika Serikat (AS) Janet Yellen, Menkeu India Nirmala Sitharaman, dan Menkeu Afrika Selatan Enoch Godongwana.