Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka neraca perdagangan Indonesia Juni 2022 mengalami surplus US$5,09 miliar.
Surplus ini jauh lebih tinggi dari surplus bulanan pada Mei 2022, sebesar US$2,9 miliar. Realisasi ini merupakan surplus neraca dagang beruntun dalam 26 bulan terakhir.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan nilai ekspor Indonesia Juni 2022 mencapai US$26,09 miliar atau naik 21,3 persen dibanding ekspor Mei 2022 (month-to-month/mtm). Jika dilihat secara tahunan, angka ekspor pada Juni 2022 mengalami kenaikan 40,6 persen dari Juni 2021 US$18,5 miliar (yoy).
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas pada Juni 2022 terhadap Mei 2022 (mtm) terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$2.538,9 juta (300,66 persen). Sementara itu, penurunan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$491,7 juta (18,02 persen).
Negara tujuan ekspor nonmigas Juni 2022 terbesar, yaitu China (US$5,09 miliar), disusul India (US$2,53 miliar), dan Amerika Serikat (US$2,46 miliar).
"Kontribusi ketiga negara mencapai 41,06 persen," ujar Margo.
Dia menyampaikan nilai impor Indonesia pada Juni 2022 tercatat US$21 miliar atau naik persen 12,87 dibandingkan Mei 2022 (mtm). Jika dibandingkan pada Juni 2021 (yoy), nilai impor naik 21,98 persen yang sebelumnya mencapai US$17,2 miliar.
Margo mengatakan impor digunakan untuk konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal.
Struktur impor menurut pengunaan barang, bahan baku penolong berkontribusi 77,2 persen, barang modal 14,6 persen, dan konsumsi 8,08 persen.
"Kenaikan terbesar impor, yaitu HS 84 mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya dan HS 72 besi dan baja," ucapnya.