Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konversi Ribuan Pembangkit Listrik Diesel PLN, METI: Kurang Menarik

PLN sudah mengantongi sejumlah nama perusahaan yang bakal ikut mengembangkan program konversi PLTD untuk berbasis EBT.
PLN mengoperasikan Gardu Induk (GI) Wayame berkapasitas 2 x 30 Mega Volt Ampere (MVA). Istimewa/PLN
PLN mengoperasikan Gardu Induk (GI) Wayame berkapasitas 2 x 30 Mega Volt Ampere (MVA). Istimewa/PLN

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan proyek konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi energi baru terbarukan (EBT) pada tahap pertama dengan kapasitas terpasang sekitar 350 megawatt (MW) tidak menarik bagi pengembang listrik bersih.

Surya beralasan harga jual listrik yang dihasilkan dari pembangkit berbasis EBT relatif tidak kompetitif jika dibandingkan dengan pembangkit listrik yang saat ini digunakan oleh PLN seperti diesel atau bahan bakar minyak (BBM). Sementara itu, proses pengerjaan pembangkit berbasis EBT relatif memakan waktu dan biaya investasi yang besar.

“Dari sisi harga mengacu pada Permen 50/2017 pasti tidak menarik, karena sekarang kan pakai diesel dan energi yang lain itu kan dapat subsidi, sedangkan EBT tidak dapat subsidi tidak akan masuklah,” kata Surya saat dihubungi, Selasa (12/7/2022).

Surya mengatakan sebagian besar investor masih menanti revisi Peraturan Presiden (Perpres) tentang tarif pembelian tenaga listrik energi baru dan terbarukan (EBT) untuk dapat menentukan arah belanja terkait dengan peluang percepatan konversi PLTD tersebut.

Di sisi lain, Surya menuturkan, PLN sudah mengantongi sejumlah nama perusahaan yang bakal ikut mengembangkan program konversi PLTD untuk berbasis EBT. Hanya saja, dia enggan memerinci, ihwal perkembangan proses lelang salah satu proyek strategis perusahaan listrik pelat merah tersebut.

“Kelihatannya sudah ada, PLN sudah mendata nanti cek saja ke PLN statusnya seperti apa,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Darmawan Prasodjo membeberkan biaya pokok produksi atau BPP listrik berbasis diesel sempat menyentuh di angka Rp23 triliun saat rencana kerja dan anggaran perusahaan atau RKAP menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau ICP sebesar US$63 per barel.

“Harga minyak mentah saat ini sudah di atas US$110 per barel, ada dampak pada kenaikan ongkos kami yaitu per dolar per barelnya dampaknya US$500 biaya operasional. Maka, kenaikkan US$40 sampai US$45 akan berdampak pada Rp20 triliun hingga Rp23 triliun untuk BPP kami,” kata Darmawan saat menggelar konferensi pers, Jakarta, Jumat (1/7/2022).

Darmawan mengatakan perseroan belakangan tengah mencoba untuk mengalihkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang berbasis pada BBM impor untuk menggunakan gas dan energi baru dan terbarukan (EBT) domestik. Langkah itu, kata dia, untuk memangkas beban operasional yang lebar akibat kenaikan harga minyak mentah dunia tahun ini.

Selain konversi PLTD menjadi gas, dia mengatakan, perseroan juga tengah membangun infrastruktur transmisi dan distribusi kelistrikan untuk mengurangi ketergantungan pada BBM impor.

“Masih ada PLTD-PLTD kami yang saat ini sedang dalam proses diubah yang tadinya menggunakan BBM sebagian besar diimpor harga yang mahal diganti dengan EBT menggunakan local wisdom apapun energi yang tersedia di lokasi tersebut,” tuturnya.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, perusahaan energi pelat merah itu telah menetapkan rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel konversi dalam kurun waktu 5 tahun. Pembangkit berbasis bahan bakar minyak itu akan dipensiunkan secara bertahap.

Rencana PLN itu sebetulnya telah ditetapkan sejak tahun lalu sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemerintah mengurangi emisi karbon dan mencapai bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Program konversi pembangkit EBT itu masuk dalam pilar Green yang ada di PLN.

Setidaknya sekitar 5.200 unit mesin PLTD PLN yang terpasang di wilayah Indonesia, tersebar di 2.130 lokasi dengan potensi untuk dikonversi ke pembangkit berbasis EBT sebesar ±2 GW. Program Konversi PLTD menuju pembangkit EBT akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal di 200 lokasi ini, konversi akan dilakukan pada unit pembangkit dengan usia lebih dari 15 tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper