Bisnis.com, JAKARTA - Dampak naiknya harga bahan baku akibat pelemahan rupiah yang berlangsung sejak awal 2022 dinilai lebih berdampak negatif bagi industri makanan dan minuman (mamin) segmen kecil.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan lemahnya daya tahan pelaku industri mamin segmen kecil sejalan dengan kondisi stok yang minim.
"Industri mamin segmen kecil stoknya sedikit. Bahkan, ada yang hanya punya stok untuk 1-2 hari," kata Adhi, Selasa (12/7/2022).
Konsekuensinya, lanjut Adhi, pelaku industri mamin di segmen tersebut mau tidak mau mesti menaikkan harga produk.
Di samping itu, pelaku industri mamin di segmen menengah dan besar saat ini rerata memiliki bahan baku untuk pemenuhan kebutuhan jangka yang cukup panjang, yakni hingga akhir tahun ini.
Akibat kondisi yang cukup berat tersebut, sambungnya, asosiasi memperkirakan dalam beberapa bulan ke depan akan cukup banyak perusahaan yang menaikkan harga jual ataupun mengecilkan ukuran produk.
Baca Juga
Selain itu, dia memperkirakan pasokan bahan baku industri mamin tahun depan terancam mengalami guncangan jika perang antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut.
Terus berlanjutnya perang antara kedua negara tersebut dikatakan bakal mengganggu siklus panen bahan baku industri, terutama gandum sebagai bahan baku tepung terigu.
"Kalau perang berlanjut, di Rusia dan Ukraina kemungkinan besar tidak bisa menanam gandum. Apabila demikian, maka tahun depan tidak ada panen," jelasnya.
Sebagai informasi, sampai dengan 2022, Indonesia mengimpor hampir 3 juta ton gandum dari Ukraina.