Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri makanan dan minuman (mamin) harus memutar otak untuk mengantisipasi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang memengaruhi harga bahan baku.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira menilai setidaknya ada lima upaya yang mesti segera dilakukan oleh pelaku industri mamin di Tanah Air.
Pertama, melakukan pencarian alternatif sumber bahan baku yang terjangkau dan mampu memenuhi permintaan jangka panjang
Kedua, memperluas pasar ekspor ke negara alternatif yang tidak terlalu terdampak oleh gangguan perang Rusia-Ukraina dalam hal distribusi.
"Beberapa kawasan tujuan ekspor tersebut, di antaranya, Timur tengah, Amerika Latin, dan Afrika," kata Bhima kepada Bisnis, Senin (11/7/2022).
Ketiga, melakukan downsizing atau menurunkan standar dan kuantitas barang agar tidak terjadi penyesuaian harga jual yang signifikan.
Baca Juga
Keempat, membuat produk alternatif dengan harga yang terjangkau, sehingga ketika shifting pembelian terjadi maka konsumen tidak bergeser ke produk perusahaan kompetitor.
"Kelima, promosi," kata Bhima.
Adapun, tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang belum berakhir sepanjang 2022 dinilai menjadi beban ganda bagi pelaku industri mamin di Tanah Air.
"Sebelum rupiah melemah, harga beberapa bahan baku industri mamin sudah mengalami kenaikan seperti gandum, gula, dan minyak nabati. Ditambah pelemahan kurs, tentu bebannya jadi ganda," jelasnya.
Sepanjang 2022, rupiah sudah melemah 4,8 persen. Pada akhir pekan lalu, mata uang garuda parkir di level Rp14.979 per dolar Amerika Serikat.