Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Indonesia pada Juni 2022 telah mencapai 4,35 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi pemerintah sebelumnya yang di kisaran 2 persen hingga 4 persen. Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memproyeksikan tingkat inflasi hingga akhir tahun mencapai 4,5 persen.
Kenaikan inflasi tersebut, menurut BPS, terjadi sejalan dengan lonjakan komoditas seperti minyak goreng, bawang merah, dan cabai.
Komoditas yang tergabung dalam kelompok makanan, minuman, dan tembakau tersebut memberikan andil 0,42 persen terhadap inflasi Juni 2022 dari total kenaikan 0,61 persen.
Pemerintah pun terus melakukan intervensi, salah satunya di sisi energi dengan tetap memberikan subsidi untuk bahan bakar minyak atau BBM.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani mengapresiasi manuver pemerintah yang tetap mempertahankan subsidi energi.
Menanggapi soal inflasi, Hariyadi melihat kenaikan yang sejalan dengan lonjakan harga komoditas, tidak perlu dihadapi dengan reaksi yang berlebihan. Dia menilai pasokan pangan Indonesia cukup stabil, selain cabai dan bawang merah.
“Memang ada kenaikan, tapi kita tidak boleh bereaksi berlebihan juga, kalau cuma cabai, orang gak makan cabai juga tidak apa-apa, tapi kalau beras naik, itu jadi masalah,” ujarnya, Jumat (1/7/2022).
Komoditas yang perlu menjadi perhatian, lanjut Hariyadi, yaitu minyak goreng akibat harga crude palm oil (CPO) secara global pun masih di angka yang tinggi. Secara keseluruhan, menurutnya inflasi yang terjadi saat ini masih cukup aman.
Hal terpenting yang perlu diwaspadai adalah kondisi kasus Covid-19 yang terpantau terus naik setiap harinya.
“Yang penting itu sekarang jangan sampai terjadi pembatasan lagi, PPKM paling berat, selama masyarakat bergerak, sejauh ini masih oke, apalagi pemerintah sudah melakukan intervensi energi, udah benar,” lanjutnya.
Dia berharap dari kasus Covid-19 tidak akan memberikan masalah yang mempengaruhi perekonomian dan pasokan pangan strategis dapat kembali normal dalam waktu dekat.