Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan ritel asal Swedia Hennes & Mauritz AB (H&M) melaporkan pendapatan dan laba kuartal I/2022, yang mengalahkan estimasi para analis. Para pembeli pakaian segmen low-cost menjadi pendorong kinerja perseroan.
Mengutip Bloomberg, Rabu (29/6/2022), laba sebelum pajak H&M naik sepertiga menjadi 4,78 miliar kronor atau setara US$470 juta dalam tiga bulan tahun ini yang dihitung hingga Mei 2022, lebih tinggi dari prediksi analis sebelumnya yang sebesar 3,98 miliar kronor.
Kendati demmikian, H&M mengatakan penjualan bisa turun 6 persen pada Juni 2022 karena faktor perang di Ukraina.
"Koleksi yang diterima dengan baik telah menyebabkan perkembangan yang kuat, dengan peningkatan lebih lanjut dalam penjualan barang dengan harga penuh dan barang yang terdiskon," kata CEO H&M Helena Helmersson dalam sebuah pernyataan.
Saham naik terpantau sempat naik sebanyak 4,7 persen di bursa saham Stockholm, sebelum akhirnya memangkas keuntungan.
H&M dan para perusahaan ritel trandional saingannya telah melihat rebound dalam penjualan karena konsumen menyegarkan lemari pakaian untuk bekerja dan acara khusus setelah dua tahun menghabiskan sebagian besar terjebak di rumah.
Baca Juga
Konon, kenaikan harga untuk segala hal mulai dari energi hingga transportasi dan makanan meregangkan anggaran pembeli dan melemahkan kepercayaan rebound di ritel. Melonjaknya biaya juga menekan margin untuk beberapa perusahaan ritel.
Perang di Ukraina dan penguncian sporadis di beberapa bagian China, di mana H&M telah menjadi subjek boikot terkait dengan penolakannya untuk menggunakan kapas dari wilayah Xinjiang dinilai tidak membantu kinerja perseroan. Perusahaan menutup toko utama di Shanghai, sementara di Rusia menghentikan penjualan setelah invasi ke Ukraina.
H&M mengatakan sedang mencari cara untuk memprioritaskan inisiatif, mendistribusikan kembali sumber daya dan memastikan profitabilitas yang baik secara berkelanjutan sebagai konsekuensi langsung dari tantangan yang dihadapinya.