Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia merespons imbauan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kepada produsen minyak goreng dan pabrik kelapa sawit untuk membeli tandan buah segar (TBS) paling rendah Rp1.600/kg.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan pihaknya mendukung imbauan Zulhas tersebut sampai harga TBS kembali normal.
“Apa dasarnya menetapkan Rp1.600? Mungkin kebijakan ini menguji jangan sampai turun lagi di bawah Rp1.600. Artinya harga itu terendah TBS. Kami setuju. Tapi kami dikunci flat Rp1.600/kg, kami tidak setuju,” ujar Gulat kepada Bisnis, Selasa (28/6/2022).
Di samping itu, Gulat menyampaikan bahwa situasi petani sawit khususnya swadaya kini kian memprihatinkan. Sebab, banyak kasus PKS memotong timbangan TBS petani hingga 25 persen.
“Itu gila tidak masuk akal. Artinya saya mengantarkan TBS saya 1.000 kg maka yang dibayari 750 kg, artinya 250 kg dibuang, dipotong atau tidak dibayar. Berbahayanya itu dilakukan. PKS beralasan karena tidak ada kepastian, ada lagi TBS petani sudah lama teronggok di kebunnya dan baru dibawa ke pabrik. Padahal, teronggok karena tidak ada yang mau membeli,” tutur Gulat.
Menurut dia, hal tersebut jelas melanggar Permentan Nomor 1 tahun 2018. Meski begitu, permentan tersebut, ujar dia, juga banyak kelemahan sehingga tidak bisa melindungi harga TBS petani swadaya.
“Oleh karena itu mengusulkan permentan itu diperkokok dengan perbaikan beberapa pasal yang mana tidak membeda-bedakan TBS petani swadaya dan TBS petani bermitra [plasma],” tuturnya.
Menurut data Apkasindo, harga TBS di beberapa provinsi saat ini jauh di bawah Rp1.600 per kg. Misalnya di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan harga TBS Rp1.050 per kg, Riau Rp950 per kg, Sumatera Utara Rp850 per kg, Sumatera Selatan Rp850 per kg, Bengkulu Rp850 per kg, Sumatera Barat 800 per kg dan Jambi Rp850 per kg. Hal itu juga dialami petani sawit di beberapa provinsi lainnya. Padahal harga pokok produksi (HPP) sawit saat ini di kisaran Rp2.250 per kg.