Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai salah satu industri yang rakus penggunaan batu bara, industri semen tak luput dari sorotan menyusul target net-zero carbon Indonesia pada 2060.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso menjabarkan sejumlah langkah strategis industri semen di tengah tekanan net-zero emission.
Pertama, meningkatkanpenggunaan bahan bakar Alternatif seperti biomasa, pelet sampah atau refuse derivied fuel (RDF), limbah B3, dan lain-lain.
"Kedua, meningkatkan penggunaan semen ramah lingkungan untuk kebutuhan konstruksi seperti PCC, PPC, slag semen, semen hidrolis dan mansory, yang akan menurunkan emisi CO2," kata Widodo kepada Bisnis, baru-baru ini.
Ketiga, memanfaatkan gas buang proses untuk pembangkit listrik atau waste heat recovery genetator.
Keempat, memanfaatkan limbah lndustri dan limbah B3 untuk bahan baku semen seperti bottom ash, cooper slag, dan lain-lain.
Baca Juga
"Inovasi juga terus menerus dalam rangka menciptakan proses produksi yang efisien dan ramah lingkungan," jelasnya.
Dari sejumlah upaya tersebut, industri semen telah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sekitar 6,32 juta ton pada 2021 atau turun sekitar 11,9 persen dari standar BAU.
Sementara itu, konsumsi dalam negeri tercatat naik 1,2 persen pada periode Januari-Mei 2022. Sedangkan ekspor melanjutkan penurunannya menjadi 28 persen pada periode tersebut.
Total konsumsi dalam negeri pada bulan lalu tercatat sebesar 3,96 juta ton, naik 7,5 persen. Adapun, total penjualan Januari-Mei 2022 sebesar 23,9 juta ton, naik 2 persen secara year-on-year (yoy).
Adapun, ekspor pada periode tersebut tercatat sebesar 3,13 juta ton, turun 28 persen. Total penjualan dalam negeri dan ekspor sampai dengan Mei tercatat 27,1 juta ton, turun 7,2 persen secara yoy.