Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya permintaan alat dari sejumlah negara Uni Eropa akibat lonjakan kebutuhan akan komoditas baru bara ternyata tidak serta merta langsung menjadi cuan bagi emiten alat berat.
Sekretaris Perusahaan Corp Planning & SMO PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA) Listiana mengatakan tingginya permintaan beriringan dengan sejumlah masalah yang dinilai fundamental.
"Sementara permintaan batu bara Eropa meningkat positif, masalah logistik global dan pemulihan dari Covid-19 tetap berlangsung, yakni kekurangan komponen," ujar Listiana kepada Bisnis, Senin (27/6/2022).
Selain itu, sambungnya, industri alat berat juga terkendala masalah kemacetan dalam proses pengiriman barang sehingga membatasi peningkatan produksi langsung perusahaan.
Listiana menjelaskan situasi tersebut menjadi kian tidak mudah lantaran perusahaan masih berupaya menahan kenaikan harga komoditas sejalan dengan adanya fokus terhadap kendaraan berbasis listrik.
Tidak hanya itu, kekurangan energi global juga mendorong inflasi yang dinilai belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk kenaikan biaya untuk keperluan-keperluan yang substansial.
Diberitakan sebelumnya, kendati emiten di industri alat berat sudah menyiapkan taktik untuk menyiasati tingginya permintaan, tetapi jumlah pasokan diperkirakan bakal tetap di bawah kebutuhan pasar.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Etot Listyono, situasi seperti itu berpotensi terjadi lantaran lonjakan kebutuhan batu bara dunia bakal berlangsung cukup lama.
"Kami melihat tingginya permintaan pasar terhadap batu bara Indonesia diperkirakan berlangsung sampai dengan tahun depan," kata Etot kepada Bisnis.
Bahkan, dia sudah memprediksi jumlah permintaan alat berat akan lebih tinggi pada 2023 dengan asumsi optimistis bahwa kebutuhan batu bara dunia, terutama dari Uni Eropa, masih besar.