Bisnis.com, JAKARTA — Sekitar 15 persen penyewa tempat tinggal di Amerika Serikat telat bayar sewa seiring dengan tekanan ekonomi di negara tersebut. Survei ini dilakukan Biro Sensus pada periode 1 Juni–13 Juni 2022 atau setelah AS mencatat inflasi tertinggi sejak Desember 1981.
Mengutip Bloomberg, Sabtu (25/6/2022), kondisi tersebut akan semakin buruk pada kuartal III/2022 seiring dengan banyak tempat tinggal sewa jatuh tempo dan pemilik yang mengkerek harga kontrakan di negara tersebut.
Dari data yang dikumpulkan, dominasi penyewa yang gagal bayar adalah orang kulit hitam AS. Kemudian diikuti oleh penduduk usia 40–54 tahun, di mana seharusnya menjadi periode puncak penghasilan tertinggi.
Baca Juga
Data menarik lainnya adalah ada sekitar 60 juta rumah tangga AS yang tinggal di kontrakan, termasuk banyak di antaranya membayar sewa tahunan yang belum merasakan dampak dari melonjaknya harga sewa pada tahun ini.
Sekitar 3,5 juta rumah tangga mengatakan mereka sangat atau memiliki kemungkinan meninggalkan rumah mereka dalam dua bulan ke depan karena tidak mampu membayar uang kontrakan. Di kota-kota dari Atlanta ke New York, sudah ada bukti tindakan paksa penyewa membayar dalam tenggat waktu yang telah ditentukan oleh pemilik properti.
Adapun selama 12 bulan terakhir, harga sewa properti di AS naik setidaknya $250 per bulan untuk 6,7 juta rumah tangga, menurut survei. Sekitar setengah dari keluarga dengan anak-anak yang terdaftar dalam program makanan sekolah gratis atau dengan harga lebih murah mengatakan bahwa kemungkinan besar mereka akan diusir dalam beberapa bulan ke depan.