Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan perlu ada terobosan untuk menjamin implementasi restrukturisasi kredit perbankan bisa efektif.
"Di sektor tekstil, sekarang posisinya agak sulit karena aset yang dijadikan jaminan, padahal semua aset sudah dijaminkan. Jadi, harus ada terobosan, apakah bahan baku bisa jadi jaminan, misalnya?" kata Redma kepada Bisnis, Kamis (23/6/2022).
Redma menyebut diperlukan portofolio yang jelas dari sektor perbankan, khususnya untuk restrukturisasi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Sebab, sambungnya, sektor perbankan memiliki kewajiban untuk menjaga stabilitas industri dari berbagai tekanan, termasuk inflasi global dan kenaikan harga bahan baku.
Namun, restrukturisasi kredit perbankan terhadap kinerja perusahaan tampaknya tidak serta merta menjamin efektivitas penerapannya di sektor manufaktur, khususnya TPT.
Dihubungi secara terpisah, Corporate Secretary PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) Joy Citradewi menyebut efektivitas restrukturisasi kredit perbankan terhadap kinerja perusahaan tergantung skema yang diajukan.
Baca Juga
"Tergantung skema yang diajukan," kata Joy kepada Bisnis. Namun, dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut terkait dengan perihal tersebut.